KOMPAS.com - Kesadaran untuk menghormati dan mencintai alam tampaknya sudah meluas ke berbagai lapisan masyarakat. Mereka tidak hanya membangun harmoni dengan alam secara fisik, melainkan juga membangun kesiapan mental melalui perilaku ramah lingkungan.
Sekolah Menengah Sing Yin di Hongkong, merupakan potret kecil dari upaya besar menghargai alam. Berkat upayanya, sekolah ini mendapat apresiasi "Greenest School on Earth 2013" dari US Green Building Council.
Penghargaan diberikan berkat kinerja luar biasa dalam penggunaan sumber daya yang efisien dan mengurangi dampaknya terhadap lingkungan. Selain itu, sekolah ini juga mampu meningkatkan standard kesehatan dan kegiatan belajar mengajar siswa, guru dan staf. Pendek kata Sekolah Sing Yin sukses mengembangkan keberlanjutan dan konservasi sumber daya pendidikan.
Banyak fitur hijau yang diadopsi ketika gedung sekolah ini dibangun pada 2008 silam. Menurut riset yang dilakukan selama perumusan proyek, pengenalan fitur hijau dapat menghemat konsumsi energi hingga 27,3 persen.
Adapun fasilitas penghematan energi telah ditanam selama lebih dari dua tahun. Fasilitas ini berfungsi untuk mengendalikan konsumsi energi hingga sekitar 50kWh per meter persegi per tahun atau 35 persen lebih rendah dari konsumsi energi rata-rata sekolah lokal lainnya.
Beruntungnya pengelola sekolah ini. Pasalnya, konsep pengembangan green school Sing Yin mendapat dukungan penuh Pemerintah Hongkong. Sing Yin menerima dana dari Departemen Pelayanan Arsitektur agar pengembangan sekolah hemat energi yang mampu mengurangi emisi dapat segera terbangun.
Berbagai fasilitas hemat energi yang dikembangkan sekolah ini antara lain stasiun cuaca otomatis. Fasilitas ini akan merekam data secara langsung (real time) kondisi cuaca di sekitar sekolah, termasuk kelembaban relatif, dan kecepatan angin untuk mengendalikan penggunaan AC di dalam ruang belajar. Meski biayanya lumayan, sekitar 10.000 dollar Hongkong atau Rp 15,4 juta, namun bisa membantu penghematan energi sebesar 40.000 kWh setiap tahun.
Sing Yin School juga punya panel surya dan turbin angin yang terletak di atap sekolah. Fasilitas ini dapat mengubah energi matahari dan angin menjadi listrik untuk digunakan di dalam sekolah. Tak hanya itu, semua jendela ruang kelas menghadap ke barat yang masing-masing memiliki panel surya semi transparan yang mampu mengonversi sinar matahari menjadi listrik. Selain listrik, energi matahari juga merupakan sumber panas untuk air panas.
Sedangkan sistem pencahayaan yang digunakan menerangi ruang-ruang kelas dilengkapi dengan lampu serat optik surya yang menggantikan penerangan listrik untuk menghemat listrik dan mengurangi emisi karbon dioksida. Selain itu, sekolah ini juga memanfaatkan penerangan alami yang baik untuk mata dan kulit dari penerangan listrik biasa.
Sistem penerangan hemat energi juga diterapkan di auditorium sekolah. Sistem ini diklaim lebih tahan lama ketimbang lampu tabung LED biasa. Hal ini menghemat biaya ribuan dollar Hongkong. Selain itu, semua ruang kelas memiliki sensor cahaya yang menyesuaikan pencahayaan dalam ruangan sesuai dengan kondisi pencahayaan luar ruang, berikut sensor gerak yang secara otomatis dapat mematikan lampu dan AC ketika tidak digunakan.
Bagaimana dengan elevatornya? Hebatnya, mesin ini tak hanya berfungsi sebagai pengangkut manusia dari bawah ke lantai atas, melainkan juga mampu menghasilkan listrik. Ketika sedang digunakan elevator ini dapat mengubah energi potensial menjadi listrik. Sehingga membantu sekolah mengurangi konsumsi listrik sebesar 42 persen jika dibandingkan dengan elevator normal.
"Selain mengadopsi hemat energi dan pengurangan emisi peralatan besar, kami juga "menganyam" pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum dengan mendorong siswa untuk mengeksplorasi dan berpikir tentang pentingnya perlindungan lingkungan," ujar Kepala Sekolah Sing Yin Kwok But.
Mereka berharap penghargaan tersebut akan menyebarkan konsep gaya hidup berkelanjutan untuk siswa, orang tua dan masyarakat dan mempromosikan keberlanjutan di sekolah lain.