Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sertifikasi Gedung Hijau Ramah Lingkungan Dipertanyakan!

Kompas.com - 06/08/2013, 13:31 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com — Sertifikasi hijau dan ramah lingkungan yang diberikan Konsil Bangunan Hijau (Green Building Council) kepada gedung-gedung pencakar langit mulai digugat secara luas. Gugatan tidak hanya berdasarkan pada sistem penilaian dan pemeringkatan, tetapi juga potensi pembatasan keuntungan.

Adalah sebuah artikel di media online New Republic yang menguak rahasia kotor dari gedung Bank of America di New York. Kinerja bangunan ini memutarbalikkan puja puji ketika dibuka pada 2010. Saat itu, mencuat penilaian gedung setinggi 55 lantai ini memiliki urinal hemat air, dilengkapi pengendali cahaya lampu, sistem pengumpul air hujan, dan berbagai teknologi hijau lainnya sehingga layak diganjar sertifikat Platinum Leadership in Energy and  Environmental Design (LEED) dari Green Building Council Amerika Serikat.

Namun ternyata, itu hanya kepentingan pemasaran semata demi menarik minat para calon penyewa. Sebuah studi kota, lanjut artikel tersebut, justru mengungkapkan fakta bahwa gedung ini mengonsumsi energi per kaki persegi dua kali lebih banyak ketimbang bangunan konvensional macam Empire State Building. Bahkan bila dibandingkan gedung dengan penilaian LEED lebih rendah, Bank of America tetap merupakan penghambur energi terbesar.

Tentu saja, hal ini merupakan tamparan di tengah semua retorika tentang pembangunan berkelanjutan yang memanfaatkan kemajuan teknologi. Pasalnya, bangunan tinggi atau pencakar langit justru merupakan penyerap energi dan memancarkan sejumlah gas rumah kaca terbesar di dunia.

Pengalaman Bank of America mengindikasikan betapa mudahnya predikat paling ramah lingkungan dirusak oleh sebuah kinerja buruk. Bagaimana tidak, sepertiga dari ruang sewa diisi oleh perusahaan keuangan besar. Ruang-ruang tersebut dirancang justru boros listrik; komputer dan layar monitor serta server dan sistem kerja yang membutuhkan pendingin ruangan merupakan perilaku tidak ramah lingkungan.

Insentif

Banyak pengembang berlomba mendaftarkan proyek yang dibangunnya demi mendapatkan sertifikat hijau dan ramah lingkungan. Dengan sertifikat tersebut, mereka bisa berharap akan mendapatkan insentif karena telah mematuhi aturan untuk tidak merusak lingkungan.

"Plakat sertifikasi LEED harus dipasang dengan sekrup dibuka. Hanya, tidak ada insentif untuk berbuat lebih baik," kata konsultan energi, Henry Gifford.

Tahun lalu, USA Today merinci bagaimana Palazzo Hotel and Casino di Las Vegas, sebuah kompleks berlantai 50 dengan air mancur dekoratif dan pengontrol tirai listrik, berhasil mendapatkan sertifikasi hijau LEED. Karena mendapat sertifikasi inilah pengembang Palazzo mendapat insentif berupa keringanan pajak senilai 27 juta dollar AS (Rp 275,2 miliar).

Meski begitu, pengembang memafhumi bahwa sistem LEED tidak selalu mengarah ke gedung dengan lingkungan yang lebih baik. Tahun lalu, Douglas Durst, pengembang Menara Bank of America, mengatakan ia tidak akan mengikuti pedoman LEED untuk proyek residensial yang dirancang Ingals Bjarke di New York. Ia justru berharap dapat membuat lingkungan lebih inovatif daripada standar yang ditetapkan LEED.

"Kami menganggap, LEED membatasi. Ada hal-hal yang ingin kita lakukan yang tidak memberi kita keuntungan dalam LEED," ujar Durst.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau