Selain itu, sifat investasi properti merupakan investasi jangka panjang lima sampai sepuluh tahun yang memungkinkan terjadinya pertumbuhan harga sesuai ekspektasi jika situasi pasar berangsur normal kembali.
Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, mengatakan hal tersebut dalam paparan risetnya di Jakarta, Selasa (7/1/2014).
Menurut Ferry, selama enam bulan pertama, aktifitas properti akan melambat (slowing down). Terlebih ada perhelatan akbar demokrasi yakni Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden. Setelah Pemilu, percepatan akan terjadi lagi.
"Untuk investasi, sekaranglah waktu yang tepat membeli properti, sebab pengembang tidak memiliki opsi untuk menaikkan harga setinggi-tingginya (baik harga sewa maupun jual) seperti yang terjadi pada 2011 hingga awal 2013," jelas Ferry.
Pengembang, imbuh Ferry, akan sangat berhati-hati dan lebih konservatif karena fokus perhatian mereka sudah bergeser. Tidak lagi kepada pencapaian tingkat penjualan setinggi-tingginya, melainkan konsolidasi, dan menyelesaikan proyek yang sudah dimulai tahun sebelumnya.
Tak mengherankan jika tahun ini akan banyak proyek yang tertunda. Terutama untuk properti yang terkait dengan volatilitas Rupiah atau mengandung komponen impor. Sehingga pasokan akan sedikit berkurang. Demikian halnya dengan permintaan yang tidak akan sebesar sebelumnya karena investor properti (pembeli dan penyewa) masih menunggu fenomena yang terjadi (wait and see).
Meski begitu, Ferry tetap optimistis, properti masih akan tumbuh. Gejolak nilai tukar Rupiah dan Pemilu pengaruhnya hanya dalam jangka pendek. Pengembang pun bisa menempuh strategi bisnis kerjasama, joint venture, baik dengan mitra asing maupun lokal untuk meminimalisasi risiko bisnisnya.
Pilihan properti yang bisa dijadikan instrumen investasi untuk saat ini adalah perkantoran. Saat ini sudah ada lima gedung perkantoran yang disewakan dan dijual dengan harga lebih rendah ketimbang tahun lalu.
Selain itu, beberapa pengembang apartemen, residensial tapak, dan juga ruko menawarkan harga murah tahun ini. Sebut saja, PT Jababeka Tbk, PT Hutama Karya Realtindo, dan PT Margahayu Land.
Direktur Utama PT Hutama Karya Realtindo, Putut Ariwibowo, mengatakan, strategi menjual properti dengan harga murah, dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan sektor properti tahun 2014 akan tertekan akibat berbagai kebijakan BI, dan depresiasi Rupiah yang menyebabkan harga material ikut melonjak.
"Rencana tersebut kami sesuaikan dengan strategi perusahaan sebagai antisipasi perlambatan sektor properti. Kami memperbanyak proyek dengan harga jual kompetitif namun memiliki nilai tambah," papar Putut kepada Kompas.com, Senin (30/12/2013).
PT Hutama Karya Realtindo diketahui memasarkan beberapa proyek dengan harga kompetitif tahun ini, antara lain, The H Residence Kemayoran, Jakarta Pusat, berupa dua twin tower apartemen sebanyak 3.000 unit. Twin tower pertama, imbuh Putut, merupakan hasil akuisisi Rajawali Apartment Tower Chrysant. Sementara twin tower kedua akan dimulai pembangunannya kuartal I 2014.
Proyek berikutnya adalah The H Residence Bandung, Jawa Barat, sebanyak 500 unit, The H Residence Yogyakarta sejumlah 300 unit. Harga unit-unit menara apartemen ini dibanderol mulai dari Rp 200 juta hingga Rp 800 juta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.