Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Melemah, Pengembang Jual Properti Murah

Kompas.com - 03/01/2014, 15:26 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2014, sektor properti menghadapi berbagai tantangan yang dapat menahan akselerasi pertumbuhan secara signifikan. Tantangan tersebut adalah aturan BI terkait suku bunga dan loan to value (LTV), kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) dan kurs Rupiah terhadap Dollar AS yang mengakibatkan biaya produksi meningkat.

Meski tahun ini juga diselenggarakan perhelatan akbar Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden, namun bagi sebagian pelaku bisnis properti, hal tersebut bukan merupakan faktor penghambat. Dampak Pemilu sangat kecil terhadap kelangsungan bisnis properti.

Demikian rangkuman pendapat yang dilontarkan COO PT Jababeka Tbk yang juga Presiden Komisaris Graha Buana Cikarang, Tanto Kurniawan, CEO Margayahu Land, Hari Raharta Sudrajat, dan Direktur Utama PT Hutama Karya Realtindo, Putut Ariwibowo, kepada Kompas.com, Jumat (4/1/2014).

"Pasar properti tahun 2014 agak lesu. Hal ini sebagai dampak dari kebijakan pengetatan kredit Bank Indonesia. Suku bunga KPR naik sehingga angsuran KPR pun meningkat. Sementara kenaikan UMR dan depresiasi Rupiah akan berdampak pada peningkatan biaya produksi properti," ujar Tanto.

Hal senada dikatakan Hari Raharta. Menurutnya, tidak hanya properti, seluruh bisnis akan terganggu dan mengalami perlambatan pertumbuhan.

"Tahun ini akan terjadi aksi 'tahan barang', karena pasar tentu tidak akan mampu menyerap properti yang kami produksi secara maksimal terkait kenaikan suku bunga KPR. Paling banter, pertumbuhan bisnis properti hanya 15 persen," tandas Hari.

Kendati akan terjadi aksi wait and see, namun pengembang harus terus menjalankan bisnis agar tetap dapat bertumbuh. Minimal, aksi yang dilakukan oleh para pengembang adalah mencari bahan baku berupa lahan garapan.

"Tahun ini, kami harus tetap mencari lahan. Jika tidak bisa dimanfaatkan tahun ini, bisa dikembangkan tahun depan atau setelah Pemilu," ujar Hari.

Margahayu Land saat ini tengah menuntaskan akuisisi lahan di kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat, seluas 2,5 hektar. Lahan ini akan mereka kembangkan untuk proyek multifungsi (mixed use development). Selain itu, mereka juga tengah membidik lahan-lahan di kawasan Bandung Timur yang akan dijadikan sebagai properti perumahan tapak.

Sementara antisipasi berbeda dilakukan PT Jababeka Tbk. Menurut Tanto, pihaknya akan merambah segmen pasar lebih rendah yakni kelas menengah dari sebelumnya kelas menengah atas. Mengingat pasar ini masih sangat besar ceruknya.

Strategi harga murah, bahkan akan ditempuh PT Hutama Karya Realtindo, karena mempertimbangkan kemungkinan harga properti tahun depan akan tertekan akibat berbagai kebijakan BI, dan depresiasi Rupiah yang menyebabkan harga material ikut melonjak.

"Rencana tersebut kami sesuaikan dengan strategi perusahaan sebagai antisipasi perlambatan sektor properti. Kami memperbanyak proyek dengan harga jual kompetitif namun memiliki nilai tambah," papar Putut kepada Kompas.com, Senin (30/12/2013).

Selain harga murah, Hutama Karya Realtindo juga melakukan koreksi target pendapatan 2014, dari sebelumnya Rp 800 miliar menjadi hanya Rp 500 miliar. Namun, jumlah ini pun masih lebih tinggi ketimbang realisasi tahun ini yakni Rp 350 miliar.

"Kami lebih moderat dalam menetapkan target-target. Akan tetapi bukan berarti kami berhenti berproduksi. Kami akan terus membangun proyek baru dengan penekanan "layak dan terjangkau"," ujar Putut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau