Ali mengatakan, pasar segmen menengah atas akan dihadapkan pada harga yang sudah terlalu tinggi. Akibatnya, banyak pengembang merasa harga produknya terlalu tinggi untuk dijual. Sementara itu, sisi permintaan telah menunjukkan kejenuhan.
Hal tersebut membuat aksi spekulasi semakin menurun. Pengembang pun mulai melakukan resizing dengan memasuki pasar perumahan di segmen lebih rendah. Harga rumah Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar akan menjadi primadona pada tahun 2014.
"Permintaan menjadi sedikit tertunda dengan naiknya suku bunga KPR di segmen menengah, menyusul naiknya BI Rate di level 7,5 persen yang menyebabkan bank-bank mematok suku bunga KPR diatas 10,5 persen," ujar Ali dalam siaran pers di Jakarta, Senin (9/12/2013).
Ali mengatakan, dengan naiknya suku bunga tersebut, ia memperkirakan permintaan akan anjlok sebesar 20 persen sampai 25 persen di 2014. Meskipun demikian, lanjut dia, pasar permintaan di segmen ini masih cukup tinggi.
"Banyak kaum menengah belum sempat merealisasikan pembelian propertinya karena harga properti semakin tinggi," ujarnya.
Daya beli yang "tanggung" memang menjadi dilema bagi kaum menengah. Umumnya, mereka belum mampu membeli rumah di kawasan perkotaan. Sebagai alternatif, masyarakat menengah pun mencari hunian vertikal.
"Karena mulai disadari bahwa, siap atau tidak siap bagi kaum urban, hunian vertikal menjadi salah satu alternatif," kata Ali.
Walau demikian, menurut dia, pasokan apartemen menengah di harga Rp 200 juta sampai Rp 300 juta pun masih sangat terbatas di kota-kota besar. Pada saat memiliki daya beli sebesar itu, mereka pun tidak dapat membeli rumah di Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Bodetabek).
"Patokan harga rumah di Bodetabek pun terus naik. Pasokan rumah semakin menjauh dari Jakarta. Kalaupun ada, lokasinya akan sangat jauh untuk kaum komuter yang bekerja di Jakarta," katanya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.