Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Melemah, Bagaimana Nasib Sektor Properti di Daerah?

Kompas.com - 18/11/2013, 17:46 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Sementara di Medan, sebagai representasi kemajuan wilayah Sumatera bagian Utara, akselerasi pertumbuhan kian melesat saat pengembangan infrastruktur dilakukan dan juga pengoperasian Bandara International Kuala Namu. Jenis properti yang tumbuh signifikan adalah pusat belanja, perhotelan dan juga apartemen. 

Dengan hadirnya bandara ini, strategi penguatan konektivitas nasional dalam program masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3I) makin terlihat. Karena itulah, beberapa pengembang seperti Agung Podomoro Group, Lippo Group, dan bahkan Riyadh Group Indonesia berekspansi ke kota ini.

Presiden Direktur Riyadh Group Indonesia, Bally Saputra, mengatakan, Medan dipilih sebagai lokasi peruntungan bisnis karena memberi peluang besar mengembangkan hunian vertikal. Hal itu tecermin dari adanya pertumbuhan yang cukup signifikan terhadap permintaan unit hunian vertikal di Sumatera Utara. 

"Pertumbuhan angka permintaannya cukup besar. Hal ini karena adanya pergeseran gaya hidup, menyusul makin terbatasnya lahan kosong untuk pembangunan rumah tapak," kata Bally.

Berdasarkan laporan Bank Indonesia Kantor Wilayah IX Sumatera Utara dan Aceh, data kredit pemilikan apartemen (KPA) di Sumatera Utara pada Agustus 2013 menunjukkan adanya lonjakan tajam hingga 128,27 persen atau sebesar Rp 4,5 miliar. Angka tersebut naik dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 1,9 miliar. 

Lain lagi dengan Balikpapan. Menurut Deputy Director Sales and Marketing Cowell Development, pengembang Borneo Paradiso, Ferry S Supandji, pasar properti di Balikpapan, Kalimantan Timur, masih menunjukkan tren positif. Indikatornya adalah catatan penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. "Selain itu, daya kompetisi terbilang tinggi," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (18/11/2013).

Dengan demikian, kendati secara umum pasar properti melemah, kata Ferry, pihaknya tetap optimistis Borneo Paradiso dapat menjual lebih banyak lagi produknya. 

Dari catatan Marketing Manager Borneo Paradiso, Arum Pusparani, pada 2011, penjualan mencapai Rp 180 miliar dengan rerata rumah terjual sebanyak 20 unit per bulan. Jumlah tersebut meningkat menjadi Rp 200 miliar pada 2012 dengan rerata rumah terjual 15 unit namun volume nilai penjualan lebih tinggi. 

"Untuk tahun ini, kami berharap tingkat penjualan akan menyamai atau bahkan tumbuh 15-20 persen. Karena kami tidak sekadar melansir klaster baru Mahogany Townhouse serentang Rp 1,2 miliar-Rp 2 miliar per unit juga ruko seharga Rp 996 juta-Rp1,9 juta per unit," tutur Arum. 

Menariknya, proporsi pembeli dengan profil investor dalam struktur konsumen Borneo Paradiso, sebanyak 30 persen. Menurut Arum, rumah-rumah yang mereka beli, umumnya disewakan kembali kepada karyawan setingkat middle level manager untuk tipe 45-60 meter persegi dan kepada level eksekutif atau ekspatriat untuk rumah seluas 90 hingga 106 meter persegi.

Jika di pasar perdana, rumah tipe 45 pada 2009 masih dipatok seharga Rp 200 jutaan, maka kini mencapai Rp 581 juta per unit untuk klaster Rosewood Residence. Sementara di pasar sekunder, harga sewa mencapai Rp 13 juta untuk rumah mungil dan Rp 20 juta-Rp 25 juta per tahun untuk tipe besar.

Sedangkan profil pembeli bermotif investasi di Borneo Bay Residence, apartemen yang dikembangkan Agung Podomoro Land, sebesar 40 persen. Mereka, menurut Marketing Manager, Orri Arbani, membeli dengan cara tunai bertahap (cash installment). 

"Pembeli sebagian besar berasal dari kota-kota di luar Balikpapan, seperti Samarinda, Bontang, Tenggarong, Sangatta, Tarakan, bahkan dari Jakarta dan Surabaya. Sementara dari Balikpapan sendiri sebagian besar sudah memiliki rumah pertama. Jadi, apartemen adalah rumah kedua, ketiga bahkan instrumen investasi," papar Orri.

Mereka, lanjut Orri, tergiur pertumbuhan harga yang didongkrak oleh pembangunan proyek yang menampakkan progres signifikan. Pembangunan konstruksi Borneo Bay Residence akan dimulai pada 7 Desember 2014 mendatang di atas lahan reklamasi, bersamaan dengan pembangunan pusat belanja.

"Sejak Juni 2013 hingga saat ini, harga apartemen mengalami kenaikan lima kali dengan persentase 12 persen. Harga perdana dimulai dari Rp 500 juta untuk tipe studio hingga Rp 2,2 miliar untuk dua kamar tidur seluas 97 meter persegi. Dari 1.100 unit yang dipasarkan, sudah terjual 70 persen," ungkap Orri.


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau