Satu yang terpapar krisis adalah sektor properti di Dubai, Uni Emirat Arab. Banyak proyek raksasa artifisial yang terhenti pembangunannya alias mangkrak. Akibatnya, uang konsumen yang kadung masuk, raib entah ke mana dan konstruksi dibiarkan mangkrak begitu saja.
Tak hanya menyisakan proyek mangkrak, juga kasus hukum dengan proses litigasi berlarut. Satu yang paling heboh adalah kasus yang melibatkan dua eksekutif pengembang properti asal Australia yakni Matt Joyce dan Marcus Lee. Keduanya didakwa melakukan penipuan.
Sebelumnya, Joyce dan Lee menjabat sebagai direktur pelaksana untuk Dubai Waterfront. Proyek ini terhitung ambisius karena berupaya menciptakan kota dalam kota. Dubai Waterfront dirancang sebagai salah satu yang terbesar, mencakup 70 kilometer dari garis pantai. Proyek ini merupakan versi modern dari Manhattan, dirancang oleh arsitek Rem Koolhaas.
Tapi proyek yang mayoritas dimiliki oleh Nakheel, pengembang Dubai, tersebut terhenti di tengah krisis keuangan tahun 2008.
Praktik pat gulipat inilah yang menurut dakwaan Jaksa sebagai penipuan. Jaksa mendakwa Joyce dan Lee menipu Sunland untuk membayar biaya yang sejatinya dibuat untuk meyakinkan perusahaan lainnya atas rencana pengembangan besar tersebut.
Walhasil, atas kecurangan ini, Joyce menghadapi penjara 10 tahun dan denda 25 juta dollar AS (Rp 286,6 miliar). Ia dihukum karena tuduhan penipuan pada bulan Mei lalu. Joyce dan Lee, sebelumnya ditangkap pada Januari 2009 dan menghabiskan sembilan bulan penjara.
Namun, tampaknya kisah petualangan Joyce dan Marcus, tampaknya berakhir manis, setelah pengadilan banding membebaskan dari dakwaan, pada Minggu (10/11/2013).
Hanya, jaksa perlu menemukan bukti tak terbantahkan. Pasalnya, bukti yang ada tidak mendukung bahwa keduanya pantas dihukum. Keduanya bahkan dibebaskan dalam sidang perdata di pengadilan Australia.
Jaksa memiliki waktu 30 hari untuk mengajukan banding atas keputusan Pengadilan Banding tersebut.