Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trihatma: Mengapa APL Sukses Membangun High-rise? (1)

Kompas.com - 23/03/2011, 07:32 WIB

Demikian pula ketika kami membangun GreenBay Pluit. Kami melihat kawasan ini butuh tempat tinggal yang memadai. Setelah Pluit dibangun tahun 1970-an, saat ini generasi ketiga penghuni rumah di Pluit butuh tempat tinggal, tapi masalahnya tanah sudah habis.

Kami melihat juga tidak semua orang bisa beli rumah besar di Pluit, sehingga kami memikirkan membangun tempat tinggal yang terjangkau. Generasi ketiga ini ingin tinggal dekat dengan orangtuanya. Nah, mereka inilah yang membeli anami GreenBay dan memang lagi-lagi laris manis.

Margin yang kami peroleh memang tidak besar, tapi bagaimama kami mengoptimalkan margin dari pembangunan rusunami dan anami ini. Kami membangun mal di bawahnya sehingga bisa menjadi nilai tambah. Bayangkan jika ada 10.000 keluarga dikali empat orang, artinya ada 40.000 orang penghuni. Dan ini captive market untuk mal. Konsep sinergi ini sangat penting dalam setiap proyek Agung Podomoro.

Jadi kami akan terus membangun di dalam kota. Kalau JORR sudah selesai, ini akan memberikan nilai tambah. Tapi kami tidak hanya membangun high-rise. Kami juga membangun landed houses di Green Permata, Pos Pengumben, Jakarta Barat. Jumlahnya 500 unit dengan harga antara Rp 1 miliar dan Rp 2 miliar. Bagitu Desember 2010 kami beli lahan di sana, Januari 2011 sudah kami pasarkan. Larisnya seperti kacang goreng, Orang beli rumah harus antre.

Bagaimana Anda tahu lokasi A cocok untuk landed houses, lokasi B cocok untuk high-rise?
Nah ini butuh jam terbang yang tinggi untuk bisa tahu mana lokasi untuk superblok, untuk high-rise, mana lokasi untuk landed houses. Kami harus mempelajari demografi daerah setempat. Jadi konsep di satu daerah tak bisa disalin begitu saja ke daerah lain. Kalau terbalik, risikonya besar. Emas bisa jadi loyang.

Seperti Pakubuwono Residences di Jakarta Selatan. Kami mengerti bahwa pembeli kondominium di kawasan itu lebih membutuhkan privasi dan sekuriti yang terjamin. Jadi kalau kami bangun mal di bawah kondomonium itu, bakal tidak laku. Pembeli kondo high-end butuh privasi, dan tak mau terganggu.

Sebaliknya pembeli apartemen middle lebih senang kombinasi dengan mal. Dan kami sudah melakukannya dengan menghubungkan tempat tinggal dan mal melalui terowongan bawah tanah, tunnel yang lebih aman dan nyaman bagi penghuni.

Ini semua bisa kami lakukan karena kami punya jam terbang yang tinggi. Pilot yang punya jam terbang tinggi, meskipun ada topan badai, tetap menjalankan pesawat dengan tenang dan sampai di tujuan dengan selamat. (Bersambung) (Robert Adhi Kusumaputra)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com