Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Joengky Sulistyo: Townhouse di Kedoya, Kampung Hijau di Dalam Kota

Kompas.com - 21/08/2010, 15:24 WIB

Dan yang membuat Joengky, yang mengenyam pendidikan SD dan SMP Santa Maria Fatima, serta SMA Kanisius Jakarta ini puas adalah proyek Residence28 Kedoya ini mendapatkan penghargaan dari FIABCI Indonesia untuk kategori Townhouse.

Berikut ini wawancara khusus Robert Adhi Ksp dari Kompas.com dengan Joengky Sulistyo, Direktur PT Sentra Karya Bersama, pengembang yang membangun townhouse Residence28 Kedoya, sekaligus pemiliknya.

Mengapa Anda tertarik membangun townhouse di Jakarta Barat? Sebetulnya, pada awalnya, saya dan mitra Hardiman Tedja membangun proyek rumah sewa untuk ekspat di lahan seluas 5.000m2 pada tahun 2003. Jumlah rumah tak banyak, hanya 10 unit. Ternyata peminatnya banyak dan kami anggap sukses.

Kami mulai berpikir membangun townhouse di Jakarta Barat. Kami mengambil peluang ini karena belum ada townhouse di wilayah Jakarta Barat. Kami mencari lahan dan kami mendapatkan lahan kosong seluas 2,5 hektar, yang awalnya merupakan tanah garapan.

Kami mencari konsultan arsitek Thomas Elliot, dan mendiskusikan rencana membangun townhouse di Jakarta Barat. Biasanya kan pengembang membangun vertikal, membangun apartemen. Kami berpikir kami harus membangun sesuatu yang berbeda.

Proyek ini proyek anak muda semua. Saat memulai, kami masih di bawah 40 tahun.

Sampai bulan Agustus 2010 ini, bagaimana perkembangan proyek Residence28 Kedoya ini? Belum 100 persen selesai. Semuanya ada 82 unit, terdiri dari tahap pertama 56 unit dan tahap kedua 26 unit. Satu townhouse dengan empat lantai, satu di basement, satu lagi di bawah atap. Semua orang melihat bahwa di sini bangunan tidak mendominasi, dan lebih banyak ruang hijaunya.

Tahap I sudah terjual 70 persen, sedangkan tahap II belum dipasarkan. Harga satu unit Rp 3 miliar (lebar 6 meter/340 m2) sampai Rp 4 miliar. Jumlah kamar ada tiga, tidak termasuk kamar PRT. Sebetulnya ada satu kamar kerja yang bisa untuk jadi kamar tidur.

Konsep townhouse ini urban village, konsep kampung di tengah kota. Desainnya modern minimalis karya Thomas Elliot, yang juga mendesain bangunan Hotel Gran Mahakam.

Mengapa Anda memilih konsep urban village? Kenapa? Karena kami mencari sesuatu yang berbeda. Zaman sekarang orang makin individual. Rumah dibuat dengan pagar. Tinggal di apartemen juga sendiri-sendiri. Bandingkan kalau dulu kita tinggal di kampung, terasa suasana yang lebih akrab karena ada ruang bersama. Dan rumah di kampung tak berpagar. Sementara rumah-rumah di kota, pagarnya tinggi-tinggi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com