Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Terpopuler: Penanganan Kali Sentiong hingga Tren Warna Coklat di Kamar

JAKARTA, KOMPAS.com - Jakarta masih berkutat pada penataan kota yang tak kunjung selesai. Padahal, Ibu Kota Indonesia ini akan segera menghadapi event besar berskala internasional yaitu Asian Games 2018.

Kabar terbaru soal penataan trotoar yang menunjukkan hasil berbeda antara pemerintah pusat, PT MRT Jakarta dan Pemprov DKI Jakarta. Kabar tersebut masih menjadi yang terpopuler di kanal properti Kompas.com sepanjang Minggu (29/7/2018).

Soal lain yakni terkait penanganan Kali Sentiong atau beken disebut Kali Item oleh warga sekitar. Letaknya yang berdekatan dengan Wisma Atlet Kemayoran, menyebabkan persoalan yang terjadi kali ini tak luput dari perhatian publik.

Berikut kabar selengkapnya:

1. Beda hasil penataan trotoar

Penataan kawasan di sekitar Jalan Sudirman-Thamrin mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Sebab, koridor ini nantinya akan menjadi akses masuk bagi para atlet Asian Games untuk mencapai Kompleks Gelora Bung Karno (GBK) Senayan.

Namun rupanya, pekerjaan di sepanjang koridor ini belum sepenuhnya selesai. Padahal, Asian Games akan dibuka pada 18 Agustus mendatang, yang berarti hanya menyisakan waktu 19 hari lagi.

Pekerjaan penataan kawasan ini dilakukan tiga pihak yaitu Kementerian PUPR, Pemprov DKI dan PT MRT Jakarta. Untuk porsi Kementerian PUPR yang ada di sekitar Kompleks GBK, saat ini sudah selesai penataannya.

Sementara, porsi PT MRT Jakarta yang ada di lima titik stasiun kini juga sudah mulai rampung.

Adapun yang masih menyisakan pekerjaan rumah yaitu porsi Pemprov DKI. Lantaran masih adanya trotoar yang justru tertutupi rumput.

Hal ini menyulitkan masyarakat yang akan menjangkau shelter bus. Untuk mengakali hal tersebut, Pemprov DKI lantas membuat jalur selebar dua meter.

2. Penanganan Kali Sentiong tak cukup 2 minggu

Bau menyengat yang timbul di Kali Sentiong di samping Wisma Atlet Kemayoran mendapat sorotan publik. Soalnya, di tempat ini nantinya para atlet Asian Games akan banyak menghabiskan waktu untuk beristirahat.

Bahkan, menurut rencana tepat di samping kali itu akan dibangun tenda berukuran besar sebagai lokasi para atlet itu akan menyantap makan pagi, siang dan malam.

Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Bernardus Djonoputro menilai, penanganan Kali Sentiong semestinya dilakukan secara simultan. Tidak bisa penanganan persoalan di sana hanya dilakukan sebatas menghadapi Asian Games saja.

Pasalnya, apa yang terjadi di Kali Sentiong berkorelasi dengan 13 aliran sungai lain yang melintas di wilayah DKI. Karena itu, penanganannya harus dilakukan terus menerus dengan bekerja sama dengan pemda di sekitar DKI.

3. Berbanding terbalik dengan Jakarta, kota-kota ini justru turun populasinya

Bila sejumlah kota besar di Indonesia saat ini tengah dilanda badai urbanisasi, hal demikian justru tidak ditemukan di beberapa kota besar di belahan dunia lain.

Bahkan, sejumlah kota tersebut menunjukkan adanya penurunan jumlah penduduk. Hal demikian terlihat seperti di Yichun (China), Nagasaki (Jepang), Busan (Korsel) dan Detroit (AS).

Dalam kurun waktu 2012-2016, Yichun kehilangan 12 persen penduduknya. Sementara di Busan, penduduk kota ini berkurang dari 3,5 juta jiwa pada 2005 menjadi hanya 3,1 juta jiwa pada 2018.

Ada tiga faktor penyebab hal ini terjadi yaitu tingkat kelahiran rendah, beberapa jenis pekerjaan seperti tambang dan manufaktur yang mulai lenyap, serti hilangnya sumber daya dan perubahan teknologi.

4. Ada air terjung di gedung, netizen China justru mencemooh

Tak kalah dengan Uni Emirat Arab dengan Dubai sebagai motor pencipta hal-hal kontroversial dan sensasional, China melakukan yang serupa.

Adalah provinsi Guizhou di barat daya negeri Tirai Bambu ini, yang membangun air terjun buatan terbesar di dunia. Air terjun dengan ketinggian 108 meter ini mengalir ke gedung pencakar langit di tengah kota Guiyang.

Guizhou merupakan salah satu provinsi dengan pertumbuhan tercepat di China. Gedung bernama Liebian International Plaza ini salah satu pencakar langit yang memiliki tinggi 121 meter.

Di dalamnya terdapat kompleks hotel, pusat perbelanjaan, dan juga perkantoran. Namun pertunjukan air terjun buatan ini tidak dapat dinikmati setiap saat.

Ini karena atraksi air terjun hanya diperlihatkan pada saat-saat tertentu saja.

Namun atraksi tersebut juga menuai banyak sorotan. Hal itu tidak terlepas dari biaya yang harus dikeluarkan untuk memompa air ke atas yang mencapi ketinggian 121 meter itu, sebesar 120 dollar AS atau sekitar Rp 1,7 juta per jam.

Sejumlah warganet menilai tindakan tersebut sebagai sebuah pemborosan.

"Jika mereka bisa menyalakannya hanya sekali dalam beberapa bulan, perusahaan akan menghemat untuk membersihkan jendela," tulis salah satu warganet di Weibo, jejaring sosial semacam Twitter China.

Berita terkait:

5. 8 ide warna coklat untuk kamar tidur

Bosan dengan desain serta warna cat kamar tidur yang Anda tepati saat ini? Suka dengan coklat? Oleh karena itu, delapan disain warna coklat yang dirangkum Kompas.com berikut dapat menjadi salah satu ide yang dapat Anda terapkan saat merombak kamar tidur.

Warna coklat bagi sebagian kalangan dapat memberikan efek ketenangan. Karena itu sangat cocok bagi Anda yang menginginkan suasana tenang di rumah.

https://properti.kompas.com/read/2018/07/30/102831921/terpopuler-penanganan-kali-sentiong-hingga-tren-warna-coklat-di-kamar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke