STOCKHOLM, KompasProperti - Setahun setelah IKEA pertama dibuka di Swedia pada tahun 1958, pendiri Ingvar Kamprad menambah daya tarik yang kemudian digemari pembeli hari ini di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Daya tarik tersebut tak lain adalah restoran dengan menu ringan yang menampilkan sepaket makanan khas Skandinavia.
Selama 50 tahun ke depan, manajemen IKEA terus berpikir tentang restoran tersebut.
Baca: Lewat IKEA, Produk Indonesia Mendunia
“Kami selalu menyebutnya bakso yang terbaik untuk menjual sofa," kata Gerd Diewald, yang menjalankan restoran IKEA di Amerika Serikat.
Menurut dia, sulit untuk melakukan bisnis dengan keadaan pelanggan yang lapar. Ketika diberi makan, pelanggan tinggal lebih lama dan dapat berbicara tentang potensi pembelian. Pelanggan juga akan membuat keputusan tanpa meninggalkan toko.
Dengan berfokus pada divisi ini, IKEA telah mengubah makanan menjadi salah satu segmen yang tumbuh paling cepat.
Perusahaan ini sekarang mempertimbangkan fase berikutnya dari yang sebelumnya menjadi pendapatan tak terduga ini, menuju perluasan kafe yang berdiri sendiri di pusat-pusat kota.
“Mungkin terdengar aneh, tapi ini hampir menjadi sesuatu yang tidak kita lihat,” kata Managing Director IKEA Food, Michael La Cour.
Ternyata bisnis utama barang-barang rumah IKEA begitu luas. Perusahaan ini berhasil mengumpulkan pendapatan 36,5 miliar dolar AS (Rp 486 triliun) pada tahun lalu.
Tim La Cour tengah memeriksa setiap bagian dari bisnis makanan IKEA dan menerapkan jenis yang sama untuk bisnis furniturnya.
Memanfaatkan skalanya, tim ini berupaya merampingkan rantai pasokan, dengan bermitra bersama sebuah peternakan salmon yang berkelanjutan di Norwegia.
Ini juga diikuti dengan penandatanganan bersama penyedia kopi dan cokelat.