Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tumbuh Tak Terkendali, Yogyakarta Butuh Rencana Pembangunan

Kompas.com - 15/09/2015, 09:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Istilah desakota atau peri-urban menjadi pembicaraan di antara para perencana kota. Desakota adalah area yang tidak bisa didefinisikan sebagai kota maupun desa. Dikatakan desa, tapi sudah lebih maju, hanya tidak semaju kota.

Salah satu contoh desakota di Indonesia adalah Yogyakarta yang terletak di Pulau Jawa. Director-Architect Krill, Harmen van de Wal, mengatakan Yogyakarta adalah kota yang berisi kesenian modern dan salah satu pusat budaya dari kota-kota di ASEAN.

"Tidak seperti New York, Berlin, atau Paris, Yogyakarta jauh lebih kecil dan rendah kepadatan. Namun, Yogya sangat sukses jika dibandingkan kota-kota besar di dunia soal keseniannya," ujar van de Wal saat membuka acara seminar Proto Tamansari di Erismus Huis, Kedutaan Besar Belanda, Jakarta, Senin (14/9/2015).

van de Wal menuturkan, iklim budaya dan akademis sangat terlihat di Yogyakarta sebagai salah satu daerah yang istimewa di Indonesia. Bagaimanapun juga, pembangunan kota di kawasan ini mirip dengan yang terjadi di seluruh Jawa, Bali, Sumatera dan di pulau-pulau lain.

Ia menambahkan, di antara berbagai permukiman baru, desakota di Indonesia khususnya Yogyakarta adalah salah satu yang paling menggugah rasa ingin tahu arsitek dan peneliti. Pasalnya, Yogyakarta saat ini tengah mengalami perubahan besar yang tidak terencana.

Hal tersebut berakhir dengan adanya dinamika campuran antara pertanian dengan lanskap perkotaan. Dinamika tersebut membuat Yogyakarta menjadi berantakan tetapi juga indah, mudah didatangi, hijau, dan berkelanjutan secara sosial.

Untuk mencegah Yogyakarta berkembang secara tidak menentu, kata van de Wal, perlu ada urbanisasi yang terkontrol dan perencanaan. Tanpa instrumen yang memandu dan menjaga karakter hijau, Yogyakarta akan menjadi kota yang dikenal dengan kegagalan infrastrukturnya dan dihantam banjir.

"Untuk memfasilitasi demografis masa depan dan pertumbuhan ekonomi sementara tetap menjaga kehijauan dan karakter berkelanjutan sosial, sebuah rencana sangat dibutuhkan," sebut van de Wal.

Proto Tamansari, tambah dia, bertujuan ke arah sana, yaitu menciptakan instrumen yang bisa diimplementasi untuk membantu Indonesia mengembangkan kota yang paling hijau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com