Investor Relation PT Agung Podomoro Land Tbk., Wibisono, mengungkapkan alasan di balik hasrat perseroan untuk ikut "mengeroyok" kawasan berjuluk "anging mamiri" tersebut. Menurut dia, secara historis, harga properti di Makassar terus meningkat, dan akan terus meningkat, karena kawasan ini merupakan gerbang Kawasan Timur Indonesia (KTI).
"Makassar adalah gate KTI, harga propertinya akan terus mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun ke depan," tutur Wibisono kepada Kompas.com, Jumat (15/5/2015).
Besarnya potensi Makassar ini diakui Direktur Marketing Agung Podomoro Group, Indra W Antono. Menjawab pertanyaan Kompas.com melalui pesan pendek, Indra mengatakan pasar properti Makassar masih sangat kondusif.
"So far (sejauh) ini pasar Makassar masih sangat baik," kata Indra.
Direktur Utama PT Ciputra Surya Tbk., Harun Hajadi, juga mengakui, kondusifnya pasar properti Makassar, karena dalam lima tahun terakhir menjadi kota dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia.
Bahkan, rata-rata pertumbuhan ekonomi kota kota ini di atas 9 persen, mengalahkan raksasa ekonomi, Tiongkok. Pada 2008 lalu, pertumbuhan ekonomi mencapai angka 10,83 persen. Sedangkan ekonomi Tiongkok belakangan ini cenderung melemah berkisar 7 persen-7,5 persen.
Selain itu, lanjut Harun, Makassar tidak seperti kota-kota lainnya di Indonesia. Bersama Surabaya, pasar properti Makassar sangat bagus karena bukan kota yang tergantung pada komoditas melainkan kota perdagangan.
"Makassar adalah the next big thing di sektor properti. Semua sektor akan hidup. Ini akan menjadi waterfront city terkemuka. Jika kawasannya ditata dengan baik, dan indah, maka tak cuma sektor properti yang bakal menggeliat, melainkan juga industri pariwisata," tandas Harun.
"Waterfront city"
CTRS sendiri akan mengembangkan proyek skala raksasa bertajuk Center Point of Indonesia (CPI) seluas total 157 hektar. Di dalamnya terdapat CitraLand City Losari Makassar dengan alokasi lahan 107 hektar.
Megaproyek ini mengintegrasikan perumahan, apartemen, proeprti komersial termasuk hotel, perkantoran, sekolah, perguruan tinggi, fasilitas rekreasi, taman, dan lain-lain. Untuk mendanai proyek ini, Harun memprediksi nilai gross development value (GDV) sebesar rp 30 triliun.
"Angka tersebut tidak termasuk dana reklamasi senilai Rp 3,5 triliun," ujar Harun.
Sementara APLN bakal menyusul dengan mengusung konsep waterfront city di kawasan Tanjung Bunga, dengan luasan lahan total 300 hektar. Tahap awal pengembangan yang akan dikerjakan adalah seluas 45 hektar. Luas lahan ini merupakan pengembangan dari rencana semula 15 hektar. Sementara kebutuhan kebutuhan lahan lainnya akan dilakukan melalui proses reklamasi.
Lahan tersebut akan dimanfaatkan untuk pengembangan outdoor theme facilities. Fasilitas yang terdapat di dalamnya adalah pusat kuliner, water sport facilities, dan family and entertainment center.