Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makassar, "The Next Big Thing" Sektor Properti

Kompas.com - 15/05/2015, 17:48 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

MAKASSAR, KOMPAS.com - Bukan tanpa sebab pengembang sekaliber PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), dan PT Ciputra Surya Tbk (CTRS), berebut pasar Makassar. Ibu kota Sulawesi Selatan ini punya magnitude luar biasa yang menarik mereka untuk menggarapnya.

Investor Relation PT Agung Podomoro Land Tbk., Wibisono, mengungkapkan alasan di balik hasrat perseroan untuk ikut "mengeroyok" kawasan berjuluk "anging mamiri" tersebut. Menurut dia, secara historis, harga properti di Makassar terus meningkat, dan akan terus meningkat, karena kawasan ini merupakan gerbang Kawasan Timur Indonesia (KTI).

"Makassar adalah gate KTI, harga propertinya akan terus mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun ke depan," tutur Wibisono kepada Kompas.com, Jumat (15/5/2015).

Besarnya potensi Makassar ini diakui Direktur Marketing Agung Podomoro Group, Indra W Antono. Menjawab pertanyaan Kompas.com melalui pesan pendek, Indra mengatakan pasar properti Makassar masih sangat kondusif.

"So far (sejauh) ini pasar Makassar masih sangat baik," kata Indra.

Direktur Utama PT Ciputra Surya Tbk., Harun Hajadi, juga mengakui, kondusifnya pasar properti Makassar, karena dalam lima tahun terakhir menjadi kota dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia.

Bahkan, rata-rata pertumbuhan ekonomi kota kota ini di atas 9 persen, mengalahkan raksasa ekonomi, Tiongkok. Pada 2008 lalu, pertumbuhan ekonomi mencapai angka 10,83 persen. Sedangkan ekonomi Tiongkok belakangan ini cenderung melemah berkisar 7 persen-7,5 persen.

Selain itu, lanjut Harun, Makassar tidak seperti kota-kota lainnya di Indonesia. Bersama Surabaya, pasar properti Makassar sangat bagus karena bukan kota yang tergantung pada komoditas melainkan kota perdagangan.

"Makassar adalah the next big thing di sektor properti. Semua sektor akan hidup. Ini akan menjadi waterfront city terkemuka. Jika kawasannya ditata dengan baik, dan indah, maka tak cuma sektor properti yang bakal menggeliat, melainkan juga industri pariwisata," tandas Harun.

"Waterfront city"

CTRS sendiri akan mengembangkan proyek skala raksasa bertajuk Center Point of Indonesia (CPI) seluas total 157 hektar. Di dalamnya terdapat CitraLand City Losari Makassar dengan alokasi lahan 107 hektar.

Megaproyek ini mengintegrasikan perumahan, apartemen, proeprti komersial termasuk hotel, perkantoran, sekolah, perguruan tinggi, fasilitas rekreasi, taman, dan lain-lain. Untuk mendanai proyek ini, Harun memprediksi nilai gross development value (GDV) sebesar rp 30 triliun.

"Angka tersebut tidak termasuk dana reklamasi senilai Rp 3,5 triliun," ujar Harun.

Sementara APLN bakal menyusul dengan mengusung konsep waterfront city  di kawasan Tanjung Bunga, dengan luasan lahan total 300 hektar. Tahap awal pengembangan yang akan dikerjakan adalah seluas 45 hektar. Luas lahan ini merupakan pengembangan dari rencana semula 15 hektar. Sementara kebutuhan kebutuhan lahan lainnya akan dilakukan melalui proses reklamasi.

Lahan tersebut akan dimanfaatkan untuk pengembangan outdoor theme facilities. Fasilitas yang terdapat di dalamnya adalah pusat kuliner, water sport facilities, dan family and entertainment center.

APLN, akan membawa konsep yang berbeda. Begitu pula nanti dengan pengembangan sebagian besar lahan lainnya. Karena skalanya besar, mereka akan membangun beragam fungsi properti mulai dari apartemen, hotel, ruko dan pusat belanja serta landed house eksklusif.

Jika CPI sudah mengantongi perizinan terkait perluasan dan reklamasi lahan, proyek APLN, menurut Wibisono, masih persiapan lahan. Pihaknya juga belum menentukan kapan proyek raksasa ini akan diluncurkan.

"Masih dalam proses persiapan lahan," kata Wibisono yang ditimpali Indra dengan market study dan akan terus diaktualisasikan perkembangannya kepada publik.

CPI pun, imbuh Harun, masih belum akan dipasarkan kepada publik, karena masih melengkapi hal-hal teknis termasuk penelitian lahan, wave modelling, bathymetric survey, sand investigation, tender kontraktor reklamasi, dan desain reklamasi.

Superblok

Sedangkan LPKR menginvestasikan dana sebesar Rp 3,5 triliun untuk mengembangkan superblok yang menghimpun sebanyak 12 jenis properti dalam satu area seluas 2,7 hektar.

Lokasi pengembangan proyek tersebut berada di jantung kawasan Panakukkang. Superblok bertajuk The St Moritz Makassar Penthouse & Residences  itu akan mencakup apartemen dua menara, salah satunya dalam bangunan 51 lantai setinggi 215 meter Bloomington Tower.

Selain apartemen, dalam menara ini juga terdapat 210 kamar Lippo Hotel yang dikelola Aryadutta. Fungsi properti lainnya adalah pusat belanja seluas dengan area sewa 75.000 meter persegi, Rumah Sakit Siloam dengan 250 tempat tidur, sekolah Pelita Harapan, sinema 10 teater, pusat hiburan dan kuliner serta lounge serbaguna.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com