Terutama di Depok yang dilengkapi sarana transportasi publik berbasis rel, yakni kereta. Daerah ini juga beken sebagai basis perguruan tinggi negeri ternama, Universitas Indonesia (UI). Jumlah mahasiswanya puluhan ribu dan bertambah setiap tahunnya. Belum lagi kampus-kampus tetangganya seperti Universitas Gunadharma, Universitas Pancasila, ISTN, dan IISIP.
Puluhan ribu mahasiswa tersebut tidak hanya berasal dari Jadebotabek, melainkan juga luar kota dan luar daerah. Mereka tentu saja membutuhkan rumah tinggal. Termotivasi fakta tingginya kebutuhan rumah tinggal untuk mahasiswa, beberapa pengembang kemudian membangun apartemen yang khusus ditujukan untuk mereka.
Sebut saja Cempaka Group yang membesut Margonda Residences. Apartemen ini terhitung sebagai perintis, dan disambut antusias. Terbukti Cempaka Group tak hanya membangun satu menara, melainkan hingga seri kelima yakni Margonda Residences V.
Menyusul kemudian Lippo Karawaci Group dengan Parkview Condominium, Adhi Persada Properti dengan Taman Melati dan Grand Taman Melati, serta PT Spekta Properti Indonesia dengan LA City.
Menariknya, tingkat hunian apartemen-apartemen khusus mahasiswa tersebut menunjukkan kinerja positif. Terutama apartemen yang berdekatan dengan stasiun kereta.
Seratus persen
Kompas.com, berkesempatan melakukan penelusuran langsung di lokasi. Satu di antaranya adalah apartemen Taman Melati. Dari total 800 unit yang tersedia, tingkat huniannya mencapai 100 persen. Sebanyak 80 persen di antaranya dihuni oleh mahasiswa.
Mereka berasal dari berbagai daerah, mulai dari Jadebotabek, luar Pulau Jawa, hingga mahasiswa asing. Khusus para mahasiswa UI yang berasal dari kalangan menengah ke atas, memilih tinggal di apartemen dibandingkan berkendara dengan mobil untuk pulang ke rumahnya.
Kalau pun akan beraktivitas, mereka memilih menggunakan kereta untuk ke pusat kota Jakarta atau ke tempat-tempat lainnya, seperti Depok, Serpong, dan Bekasi.
Marketing Apartemen Taman Melati, Fajar Tri Pratiwi menjelaskan motivasi para mahasiswa memilih tinggal di apartemen adalah karena keleluasaan. Terlebih jika harus mengikuti perkuliahan hingga larut malam.
"Kebanyakan mahasiswa kedokteran misalnya, kan harus praktikum sampai malam. Orangtua khawatir. Jadi mereka membelikan anaknya apartemen yang dekat dengan kampus," ujar Fajar kepada Kompas.com, Sabtu (31/1/2015).
Sementara 20 persen unit lainnya ditempati oleh para pekerja. Menurut Fajar, para pekerja ini berkantor di daerah TB Simatupang dan Cibubur.
"Kalau pekerja yang tinggal di sini menganggap lingkungannya lebih tenang. Mereka kan pasti sudah survey juga kemana-mana. Katanya, di sini tidak berisik," tutur Fajar.
Lokasi apartemen Taman Melati menempel persis dengan Stasiun Universitas Indonesia. Menurut Fajar, hal ini juga menambah kemudahan para mahasiswa dan pekerja yang tinggal di apartemen tersebut dalam mengakses kereta.
Ada pun tiap unit apartemen ini dibanderol dengan harga sewa mulai dari Rp 3 juta per bulan. Pilihan tipenya ada dua, yaitu tipe studio dan tipe apartemen dua. Manajemen Taman Melati juga memberikan dua pilihan paket yaitu paket enam bulan dan paket satu tahun.
Meski begitu, menurut Fajar, para investor diberi keleluasaan untuk menyewakan sendiri unitnya tanpa harus menjual lewat manajemen. "Kami tidak masalah kalau ada (investor) yang jual di bawah atau di atas harga Rp 3 juta per bulan. Malah ada beberapa yang harganya di atas itu. Biasanya pemilik sudah melengkapi unitnya dengan furnitur yang lebih bagus," tandas Fajar.