Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun Depan, Harga Konstruksi di Daerah Bakal Melonjak

Kompas.com - 13/12/2014, 21:32 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Harga konstruksi di Kalimantan Timur, diprediksi bakal mengalami kenaikan dengan besaran minimal tiga persen. Kenaikan tersebut akan terjadi pada awal tahun depan.

Center Director PT Mitra Gemilang Mahakarya (MGM Land), pengembang CBD Balikpapan, Ihya Nasution, mengatakan, perubahan ongkos konstruksi tersebut dipicu peningkatan harga material bangunan akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Ongkos konstruksi akan tumbuh sebesar tiga persen. Itu angka minimal. Karena kondisi masih fluktuatif, kenaikan bisa jadi lebih besar lagi," ujar Ihya kepada Kompas.com, Minggu (14/12/2014).

Kenaikan harga konstruksi ini pun memicu perubahan strategi bisnis yang dilakukan pengembang. Ada banyak pengembang yang mengambil keputusan untuk mengerem pembangunan sampai kuartal II tahun 2015 mendatang.

Sementara di sisi lain, banyak juga pengembang, atau hampir sebagian besar melakukan pendekatan kembali ke beberapa bank untuk pengambilalihan (hand overing) kredit terkait naiknya suku bunga kredit. Terutama pengembang yang bergantung sepenuhnya pada kredit perbankan.

Menurut Ihya, secara umum pasar properti di Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan, masih dalam posisi menunggu atau wait and see. Sampai pasar kembali normal, dan kepastian besaran kenaikan ongkos konstruksi diketahui, baru pengembang memulai lagi pembangunan.

Sementara CEO Govinda Group, Dicky Setiawan, mengatakan, ongkos konstruksi di Samarinda, bisa menembus angka sekitar Rp 6 juta hingga Rp 8 juta per meter persegi. Angka ini 15 persen hingga 20 persen lebih tinggi ketimbang biaya pembangunan di Pulau Jawa.

Pihaknya terpaksa harus melakukan rekalkulasi biaya konstruksi dan menyesuaikan desain untuk proyek Big Mall. Mereka juga harus pertimbangkan ketersediaan material bangunan.

"Batu-batu besar untuk kepentingan fondasi saja harus kami datangkan dari Palu, Sulawesi Tengah. Ini menambah tinggi biaya produksi," papar Dicky.

Dia menuturkan, berbeda dengan di Pulau Jawa di mana proses distribusi berlangsung dengan lancar sehingga memudahkan kontraktor dan pengembang membeli atau mengganti bahan bangunan. Di kedua kota tersebut, kata Dicky, tidak mudah mendapatkan material bangunan yang diinginkan sesuai kebutuhan desain dan konsep proyek.

"Jangankan mengganti-ganti, mendapatkanbatu andesit saja susah. Kami harus "mengimpor"-nya dari luar provinsi. Untungnya posisi Samarinda dekat dengan Sulawesi, jadi biaya pengiriman tidak terlalu mahal," keluh Dicky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau