"Hal itu mengindikasikan bahwa Indonesia mengalami lack of supply ruang-ruang perkantoran. Ada banyak perusahaan domestik, multinasional dan investor pribadi yang berminat membeli atau menyewa ruang-ruang perkantoran," ungkap Sekretaris Perusahaan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), Hendra Kurniawan, kepada Kompas.com, Kamis (25/9/2014).
Menurut dia, peluang bisnis perkantoran sangat besar. Permintaan tinggi, sementara pasokan terbatas. Terutama perkantoran baru di koridor Gatot Subroto-S Parman.
"Itulah kenapa kami memanfaatkan kesempatan membangun gedung perkantoran, The Tower di Jl Gatot Subroto. Konstruksi belum naik pun, penjualan sudah mencapai 50 persen," tutur Hendra.
Sejauh ini para pembeli merupakan investor pribadi yang kemudian akan menjual kembali ruang-ruang perkantoran di pasar sekunder. Harga ruang-ruang The Tower dipatok pada angka Rp 40 juta hingga Rp 47 juta per meter persegi.
"Penjualan akan lebih kencang saat progres pembangunan sudah mencapai tahap lantai atas. Dari pengalaman kami sebelumnya, saat membangun apartemen di Alam Sutera Serpong, penjualan makin kencang saat gedung sudah tinggi. Demikian halnya dengan The Tower," paparnya.
Pernyataan Hendra bukan isapan jempol semata. Menurut riset JLL, tingkat penyerapan kantor di kawasan central business district (CBD) Jakarta tumbuh positif di angka 33 persen atau seluas 21.500 per meter persegi. Kinerja serupa terjadi di luar kawasan CBD, seluas 20.000 meter persegi terserap pasar.Dengan penyerapan positif tersebut, tingkat hunian gedung kantor di CBD Jakarta berada pada kisaran 94 persen, sedangkan di luar kawasan CBD bertengger di angka 90 persen.
Pertumbuhan tak hanya terjadi di segmen tingkat hunian, melainkan juga harga sewa. Untuk gedung Grade A, berada pada level 30 dollar AS per meter persegi per bulan, Grade B 27 dollar AS per meter persegi per bulan, dan Grade C 19 dollar AS per meter persegi per bulan.Sementara hasil riset DTZ, konsultan properti yang berbasis di Inggris, memperlihatkan harga sewa rerata perkantoran Jakarta melesat 9 persen selama paruh pertama 2014. Pencapaian ini menjadikan pasar perkantoran Jakarta masih memuncaki persaingan di tingkat global.
Riset yang dihasilkan DTZ, memperlihatkan kinerja sektor perkantoran Jakarta paling tinggi, jauh di atas Shanghai, Mumbai, bahkan New York dan San Francisco.