Terbaru adalah proyek ambisus multimiliar dollar AS, Royal Atlantis Resort, yang baru saja disetujui oleh Wakil Presiden, Perdana Menteri, dan Penguasa Dubai, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum. Proyek raksasa ini akan dikerjakan oleh Investment Corporation of Dubai (ICD).
Royal Atlantis Resort bakal berisi 800 kamar, suite dan 250 unit kondotel mewah. Lokasi proyek yang diprediksi menelan dana 1,5 miliar dollar AS atau ekuivalen dengan Rp 17,8 triliun ini berada di Palm Jumeirah.
Selain kamar-kamar apartemen dan kondotel eksklusif, juga dilengkapi dengan sarana rekreasi, hiburan dan fasilitas lainnya yang dibangun dengan standar internasional tertinggi.
CEO ICD, Mohammed Ibrahim Al Shaibani, mengatakan tahap pertama pengembangan tepi pantai Dubai ini akan rampung pada akhir 2016 dengan dana sekitar 2,1 miliar dirham (Rp 6,8 triliun). FAse pertama ini terdiri atas pembangunan apartemen dengan laus bangunan 820.000 meter persegi lengkap area parkir berkapasitas 6.000 kendaraan.
Sheikh Mohammed juga menjelaskan mengenai fase kedua Royal Atlantis, yakni One Za'abeel yang akan menjulang di antara Dubai World Trade Centre dan Za'abeel Park. One Za'abeel mencakup 550 unit apartemen, dua hotel dan 130 unit kondotel yang terkoneksi sky bridge. One Za'abeel diperkirakan menelan ongkos konstruksi sekitar Rp 6,8 triliun.
Dalam dua tahun terakhir Dubai memang dibanjiri proyek-proyek besar. Padahal, menurut JLL, pertumbuhan pasar properti kota ini melambat seiring langkah pemerintah mengekang spekulasi pembelian rumah sebagai dampak melejitnya harga. Tingginya harga memengaruhi permintaan.
Menurut JLL, tren kuartal kedua menunjukkan risiko pasar properti Dubai terlalu panas dan kemudian melambat. "Walau demikian, pasar melambat
sebetulnya berita baik, yakni ketika pasar akhirnya mencapai siklus jatuh, menarik kembali ke keadaan semula. Ini yang terjadi pada lima tahun lalu, yang langsung memicu krisis," ujar Kepala Riset JLL Timur Tengah Craig Plumb.