Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjualan Masih "Jeblok", Inikah Sinyal Jatuhnya Pasar Properti Singapura?

Kompas.com - 24/07/2014, 11:22 WIB
Latief

Penulis

Sumber Bloomberg
KOMPAS.com - Kondisinya turunnya harga rumah di Singapura mungkin akan berlangsung lama. Inikah sinyal kerugian lebih lanjut pada pasar perumahan kedua paling mahal di Asia itu?

"Harga rumah diperkirakan akan terus stagnan," kata Chief Executive Officer Keppel Land Ltd, Ang Wee Gee, Rabu (23/7/2014) kemarin.

"Singapura tidak mungkin melakukan pendinginan dalam waktu dekat ini," tambahnya.

Nilai perumahan di beberapa wilayah Singapura turun untuk kuartal ketiga ini atau dalam tiga bulan sampai Juni lalu. Ini kondisi penurunan terpanjang dalam lima tahun terakhir setelah Pemerintah Singapura memperkenalkan langkah-langkah pengetatan kredit pada Juni lalu untuk mengekang spekulasi.

Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Tharman Shanmugaratnam mengatakan bahwa koreksi lanjutan pada pasar properti Singapura tidak akan terduga. 

"Saya tidak melihat pemerintah melonggarkan pembatasan selama setahun," kata Nicholas Mak, Direktur Eksekutif di SLP International Property Consultants di Singapura.

"Pengembang yang memiliki kantong tebal mungkin tidak berada di bawah tekanan luar biasa untuk melakukan pemotongan harga," tambahnya.

Pemerintah Singapura telah mengambil langkah sejak 2009 untuk mengekang spekulasi di pasar properti. Berdasarkan data yang dirilis oleh Urban Redevelopment Authority pada 1 Juli lalu, indeks harga perumahan swasta di Singapura turun 1,1 persen menjadi 209,3 poin dalam tiga bulan yang berakhir pada 30 Juni lalu, menyusul penurunan 1,3 persen dalam periode tiga bulan sebelumnya.

Otoritas Keuangan Singapura mengatakan pada Juni 2013 lalu, bahwa di antara langkah-langkah yang dilakukan untuk mendinginkan pasar properti itu adalah pemberi pinjaman harus mempertimbangkan utang peminjam. Menurut mereka, kredit rumah seharusnya tidak menyebabkan rasio total utang melayani peminjam naik di atas 60 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com