Menurut data Biro Statistik Nasional setempat, dari 70 kota yang disurvei, 55 kota di antaranya mengalami kejatuhan harga. Penurunan ini merupakan terbesar sejak Januari 2011. Harga rumah di Shanghai dan Guangzhou tercatat turun 0,6 persen.
Sementara di Shenzhen penurunan sebesar 0,4 persen dan Hangzhou mengalami kemerosotan terbesar yakni 1,7 persen dibanding kota-kota lainnya.
"Masalah terbesar saat ini di industri properti Tiongkok adalah bahwa persediaan perumahan terlalu banyak (over supply). Tapi penurunan ini tidak besar. Dengan ekonomi yang masih stabil, pasar properti secara bertahap juga akan tumbuh stabil," ujar ekonom Australia & New Zealand Banking Group Ltd, Liu Li-Gang.
Untuk itulah, Menteri Perumahan Chen Zhenggao mendesak pemerintah kota dengan pasokan hunian berlebih untuk menguranginya "dengan segala cara". Pemerintah setempat diberi kebebasan dalam menetapkan kebijakan untuk menstabilkan pasar properti mereka berdasarkan kondisi lokal.
Beberapa kota di Tiongkok pun mulai melonggarkan pembatasan properti untuk merangsang pertumbuhan pasar lokal. Bahkan, Bank Sentral pada Mei lalu, meminta sejumlah bank pemberi pinjaman untuk mempercepat pemberian kredit rumah, dan mendesak mereka untuk memberikan prioritas kepada pembeli rumah pertama.
Sementara pengembang meresponnya dengan memotong harga jual sejak Maret untuk memikat lebih banyak lagi pembeli.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.