"Mereka selama ini berbelanja di luar negeri seperti Singapura, Malaysia, dan Hongkong atau Paris. Pemerintah harus concern dan mendukung visi ini dengan memberikan berbagai kemudahan dan insentif kepada peritel dan pemilik pusat belanja agar para pembelanja berkurang minatnya dan lebih memilih meghabiskan uangnya di negeri sendiri," papar Handaka terkait gencarnya pebisnis ritel melakukan ekspansi usaha kepada Kompas.com, Selasa (20/5/2015).
Dalam catatan Handaka, peritel yang ekspansif adalah Mitra Adi Perkasa Group, Transcorporation Group, Ismaya Group, Delami Group, Matahari Group, dan lain sebagainya.
Para peritel, lanjut dia, gencar mengembangkan sayap bisnisnya bertujuan untuk "menangkap" orang Indonesia yang berbelanja di mancanegara. Mereka juga rajin menggandeng merek-merek asing (internasional) guna memuaskan hasrat berbelanja para shopper.
Selama kurun 2013-2014 terdapat nama-nama baru merek internasional yang masuk Indonesia, seperti H & M, Uniqlo, merek busana kerja iRoo asal Taiwan, Galleries Lafayette, dan TM Lewis asal Inggris. Desainer Emilio Pucci asal Italia dan McQ bahkan membuka gerai perdana di Plaza Senayan.
"Apa yang ada di Singapura, sudah terdapat di Indonesia, baik fashion, tas, sepatu, kosmetik, maupun kuliner. Jadi, pemerintah harus menyadari ini. Ketimbang uang orang Indonesia terbang ke sana, lebih baik dihabiskan di dalam negeri," tambah Handaka.
Bisnis mal menjanjikan
Sayangnya, aksi agresif ini tidak diimbangi pasokan ruang ritel (pusat belanja) yang justru terbatas dan belum mengakomodasi kebutuhan para peritel tersebut. "Jadi, sebetulnya, untuk saat ini pengembangan bisnis pusat belanja (khususnya sewa) sangat menjanjikan, karena pasokan terbatas sementara permintaan tinggi," imbuh Handaka.
Kinerja pusat belanja sewa saat ini memperlihatkan tren positif. Hal ini terindikasi dari tingkat hunian yang mencapai 95 persen. Secara umum, menurut survei Indeks Harga Properti Komersial Bank Indonesia, tingkat hunian pusat belanja, khususnya di jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, secara triwulanan tumbuh 0,50 persen dan tahunan 2,74 persen.
Harga sewa juga meningkat seiring pertumbuhan permintaan yakni 3,15 persen pada kuartal I 2014 terhadap kuartal IV 2013 dan 9,38 persen secara tahunan. Sedangkan pasokan tak bertambah, hingga kuartal pertama tahun ini seluas 4,2 juta meter persegi.
"Terbatasnya pasokan ini membuat para peritel mengalami kesulitan mencari ruang ekspansi untuk gerai-gerai baru. Terkadang mereka berebut sesama peritel. Bahkan, ada yang sudah mendapat ruang namun luasannya tidak sesuai," pungkas Handaka.