Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib "Trade Center" di Ujung Tanduk

Kompas.com - 20/05/2014, 14:06 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak seperti pusat belanja sewa (leased mall), ruang ritel strata justru mengalami stagnasi. Bahkan, di beberapa kawasan tertentu, kondisinya kosong melompong, untuk tidak dikatakan mati segan hidup tak mau.

Head of Research JLL, Anton Sitorus mengatakan, kekosongan ruang-ruang ritel strata atau biasa disebut trade center tersebut karena pasokan terlalu banyak. Jumlah pasokan ini tidak diimbangi dengan permintaan.

"Hasilnya, ruang-ruang ritel kosong tak berpenghuni. Sebut saja Wholesale Trade Center (WTC) Mangga Dua, Mangga Dua Square, Thamrin Square dan bahkan di Pusat Grosir Tanah Abang pun banyak yang kosong karena banyak yang beli kios di sana bukanlah pedagang, melainkan investor dan spekulan," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (20/5/2014).

Menurut Anton, tak ada yang bisa dilakukan oleh pengelola untuk mengubah ruang-ruang kosong tersebut menjadi lebih hidup. Pasalnya ruang ritel strata dimiliki perorangan yang punya motivasi berbeda, namun sebagian besar investasi jangka pendek; membeli kios untuk dijual kembali.

"Kalau pun ada yang dibeli oleh pedagang murni, itu tidak lebih banyak jumlahnya. Inilah yang membuat bisnis ruang ritel strata jalan di tempat alias stagnan untuk saat ini. Kalau pengembang mau bangun trade center atau ruang ritel strata ya harus di kawasan perdagangan dengan aktivitas yang ramai," kata Anton.

Survei properti komersial Bank Indonesia (BI) memperkuat sinyalemen Anton. Menurut BI jumlah  pasokan ruang ritel strata di wilayah Jakarta Bogor, Depok dan Bekasi cenderung stagnan selama 4 tahun terakhir yakni sebesar 1,75 juta meter persegi. Kondisi ini mengindikasikan pengembang sudah tidak tertarik lagi untuk membangun sektor ritel strata karena sulitnya menjalankan bisnis strata title retail dibandingkan sektor ritel sewa.

Meski demikian, permintaan terhadap strata title retail  masih cukup tinggi sebagaimana ditunjukan oleh kenaikan tingkat penjualan sebesar 0,20 persen secara triwulanan (kuartal I 2014) atau 4,25 persen secara tahunan (kuartal I 2013).

Tingginya tingkat permintaan di tengah pasokan yang stagnan berdampak pada kenaikan harga jual sebesar 3,33 persen secara triwulanan atau 25,53 persen secara tahunan.

Jika dibandingkan dengan kenaikan harga sewa, kenaikan harga jual strata title retail pada triwulan I 2014 sebesar 3,15 persen, relatif sama dengan kenaikan tarif sewa (3,33 persen. Hal ini ditunjukan oleh price to rent ratio yang berada pada level sama dengan periode sebelumnya.

Stagnasi pasokan ritel strata juga terjadi di wilayah Banten dengan pasokan kumulatif dua tahun terakhir sebesar 585.670 meter persegi. Kondisi ini dilatarbelakangi oleh anjloknya kinerja strata retail esksisting, sehingga pengembang lebih memilih membangun retail sewa dalam bentuk mal atau lifestyle center.

Kondisi yang sama juga terjadi di wilayah Bandung dengan pasokan hanya 190.000 meter persegi. Sementara tingkat penjualan dan harga jual tumbuh melambat 0,84 persen secara triwulanan dan 5,57 persen secara tahunan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com