Di subsektor pusat belanja, Tiongkok punya delapan dari sepuluh kota paling aktif secara global dalam pengembangan pusat belanja. Luasan bangunan pusat belanja di delapan kota tersebut lebih dari separuh semua pusat belanja di 180 kota yang disurvei CBRE.
Pembangunan mal secara global terus berlanjut dengan 39 juta meter persegi dalam proses konstruksi, lebih luas ketimbang pipa pembangunan pada tahun lalu, yakni 36 juta meter persegi. Survei CBRE ini didasarkan pada mal baru dengan kategori luasan bangunan di atas 20.000 meter persegi. Ini tidak termasuk gudang rabat dan pusat factory outlet.
Menurut CBRE, intensifnya pembangunan pusat belanja secara global dipicu jumlah populasi kelas menengah yang terus tumbuh di pasar negara berkembang, urbanisasi ke kota-kota besar, dan kurangnya ruang ritel berkualitas tinggi yang dibutuhkan peritel lintas batas.
Shanghai terdepan
Shanghai memimpin dengan pembangunan 3,3 juta meter persegi. Luasan bangunan ini sama dengan penggabungan pusat belanja di 86 kota Eropa, di luar Rusia dan Turki. Di tempat kedua, kota Chengdu yang berada di provinsi Sichuan. Kota ini tengah menggeber konstruksi seluas 3,2 juta per meter persegi. Shenzhen mengikuti di posisi ketiga dengan 2,7 juta meter persegi dan Tianjin dengan 2,5 juta meter persegi.Sementara enam kota Tiongkok daratan lainnya sedang membangun pusat belanja dengan luas lebih dari 1 juta meter persegi dalam tiga tahun ke depan.
Hasil survei tersebut juga menunjukkan Chengdu berada di peringkat pertama dalam hal penyelesaian proyek. Pusat belanja yang kelar dibangun di kota ini seluas lebih dari 1 juta meter persegi yang berasal dari 7 mal. Tianjin di tempat berikutnya, disusul Shanghai, Chongqing, dan Shenzhen.
Cushman and Wakefield memprediksi sekitar 500.000 meter persegi pusat belanja kelas menengah dan atas akan memasuki pasar Beijing tahun ini.
Direktur Eksekutif dan Kepala Riset Cushman and Wakefield Tiongkok, James Shepherd, mengatakan, banyaknya pasokan baru mal mungkin akan membuat harga sewa tertekan dan juga meningkatkan tingkat kekosongan hunian. Ini tantangan besar buat pengembang dan pengelola gedung.