Bertambahnya defisit rumah didorong rendahnya pasokan dan meningkatnya permintaan yang melonjak sebanyak dua kali lipat sejak 1988 atau tumbuh 2 persen per tahun. Dengan demikian, BSF memperkirakan, Pemerintah Arab Saudi dan para pengembang baik swasta maupun pelat merah harus membangun sekitar 275.000 unit rumah per tahun hingga 2015 mendatang.
Saat ini, sebagian warga Arab Saudi masih tinggal di rumah kontrakan. Meningkatnya harga sewa dan kegagalan memenuhi kualifikasi perbankan untuk mendapatkan kredit perumahan membuat banyak warga Arab Saudi kesulitan memiliki rumah. Selain itu, harga tanah dan biaya konstruksi yang tinggi juga dituding sebagai biang keladi kurangnya pasokan rumah.
Pemerintah Arab Saudi tidak menutup mata terhadap hal ini. BSF bahkan mencatat upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi untuk mengurangi kendala pasokan. Bulan April lalu, mereka telah mengalokasikan dana subsidi Rp 166 triliun untuk membantu warga berpenghasilan rendah mendapatkan dana membeli rumah.
Pemerintah juga terus mengatasi defisit perumahan melalui pelaksanaan reformasi kebijakan. Pada 2011, kustodian Dua Masjid Suci Raja Abdullah bin Abdulaziz mengalokasikan Rp 754,7 triliun untuk pembangunan 500.000 rumah murah.
Raja Abdullah melalui Kementerian Perumahan juga
meluncurkan program nasional untuk menentukan siapa yang berhak atas tanah dan pinjaman serta mengatur sewa perumahan untuk menjaga harga tetap rendah.Selain itu, jumlah pinjaman yang ditawarkan Dana Pembangunan Properti, ditingkatkan dari Rp 905 juta menjadi Rp 1,5 miliar pada 2011. Selanjutnya, pemerintah menetapkan kriteria kelayakan untuk membuat aplikasi pinjaman yang mudah dan dapat diakses oleh semua warga negara Arab Saudi.Dukungan lainnya adalah i
nvestasi besar-besaran dalam proyek-proyek infrastruktur seperti pembangunan kota, pembangunan ekonomi dan pembangunan utilitas lainya.