The Candy GPS memperkuat laporannya dengan sejumlah alasan yang membuat masing-masing kota tersebut sebagai tujuan investasi favorit bagi investor dan kalangan ultra-kaya (ultra high net worth individuals/UHNWI).
Beberapa alasan tersebut antara lain adalah penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama dan kedua, pengembangan industri teknologi baru, revitalisasi dan penambahan ruang terbuka hijau, dan titik temu gaya hidup dan budaya (cultural hub).
Selain Jakarta, sebelas kota lapis kedua lainnya dengan potensi kuat untuk tumbuh adalah Tel Aviv (Israel), Melbourne (Australia), Miami (AS), Dublin (Irlandia), Panama City (Panama), Beirut (Lebanon), Istanbul (Turki), Cape Town (Afrika Selatan), Lagos (Nigeria) dan Chennai (India).
Kota-kota tersebut memang berbeda ketimbang kota utama dunia macam London, New York, Hongkong, Singapura, dan Moskow. Namun, potensi pertumbuhannya sangat kuat, terlebih jumlah UHNWI terus meningkat dari tahun ke tahun.
"Selain itu, perkembangan ekonominya sangat tinggi dan menarik minat para investor. Jumlah UHNWI-nya juga pesat," ujar Direktur Savills World Research, Yolanda Barnes.
UHNWI, lanjut Barnes, akan mencari properti yang menghasilkan keuntungan lebih dari pendapatan sewa yang tinggi dan terus meningkat. Itu hanya terjadi di kota-kota tersebut. Jakarta, contohnya, mengacu pada riset Indeks Harga Properti Primer Knight Frank, mengalami kenaikan harga sangat signifikan, yakni 30 persen pada 2012 dan 2013.
Pertumbuhan tersebut merupakan tertinggi di dunia. Sayangnya, Jakarta belum mengizinkan UNHWI asing membeli properti.
Namun begitu, The Candy GPS tetap berpendapat bahwa Jakarta dan 11 kota lainnya punya kans besar untuk menyusul kota utama dunia yang mampu meraup investasi properti dari UNHWI senilai 2,2 triliun dollar AS atau 40 persen dari total investasi UNHWI di seluruh dunia.
"Kota lapis kedua dunia akan menyusul dengan cepat dan meraup investasi dari kalangan ultrakaya ini," sebut The Candy GPS.