Demikian hasil riset terbaru dari konsultan properti terkemuka, Savills. Pemeringkatan yang dilakukan Savills, mengombinasikan berbagai unsur seperti daya saing global, konektivitas, banyaknya turis asing, pencarian data di laman internet, kondisi ekonomi, potensi pertumbuhan masa depan, dan kemampuan meraup investasi tinggi di sektor properti.
Direktur Properti Savills, Yolanda Barnes, mengatakan, definisi kota dunia tidak hanya melulu dilihat dari ukuran dan kesejahteraan ekonomi, tetapi banyak faktor lainnya yang saling berkaitan.
"Faktor stabilitas, pasokan listrik, pertumbuhan pasar, potensi investasi properti, kepopuleran di antara penduduk dunia dan sebagainya yang tidak hanya diukur dalam bentuk pertumbuhan PDB," ujar Yolanda.
Menurut Savills, karakteristik kota berubah sangat drasts sebagai pasar properti utama dunia. Hongkong yang secara tadisi menguasai perekonomian global ternyata mengalami stagnasi untuk sektor properti. Sementara New York, London, dan Tokyo justru mengalami pemulihan signifikan pasca krisis 2008.
Shanghai, Mumbai, dan Hongkong mengalami perlambatan. Kondisi ini berbanding terbalik dengan beberapa tahun sebelumnya. "Peta perekonomian global sangat berpengaruh terhadap potensi sebagai tujuan investasi properti," tandas Yolanda.
Setelah New York, posisi kedua ditempati London yang mengalami lonjakan harga properti, khususnya perumahan dan perkantoran. Menyusul kemudian Paris, Singapura, dan Hongkong. Ketiga kota ini masih bertengger di urutan teratas, karena dicari banyak investor.
Peringkat berikutnya adalah Tokyo, Shanghai, Dubai, Sydney, Mumbai, dan Rio de Janeiro. Duabelas kota dunia ini menunjukkan identitas sebagai kota masa depan yang menawarkan pertumbuhan dalam jangka panjang dengan daya tarik investasi kuat.