Menguatnya rupiah terhadap dollar AS mendorong pasar lebih percaya diri untuk melakukan ekspansi bisnisnya. Sebelumnya, mereka menahan ekspansi (postponed) dan menunggu situasi normal kembali.
"Ternyata, sektor perkantoran menunjukkan performa lebih baik dari yang kami perkirakan semula. Banyak perusahaan yang sebelumnya menahan ekspansi, mulai bergerak merealisasikan pengembangan bisnisnya," ujar Director Office Services Colliers International Indonesia, kepada Kompas.com, Senin (7/4/2014).
Perkantoran, lanjut Bagus, merupakan salah satu sektor properti dengan performa paling meyakinkan. Di dalam area CBD saja, ruang kantor yang terserap hingga kuartal I 2014 sebanyak 97 persen dari total kumulatif lebih dari 4,5 juta per meter persegi. Sementara itu, di luar CBD (termasuk koridor Simatupang) dari total kumulatif sekitar 3 juta per meter persegi, hanya terserap 70 persen.
Tingkat serapan tersebut kemudian mendorong kenaikan harga sewa. Saat ini, harga sewa perkantoran CBD Jakarta sudah menembus level rerata 36 dollar AS (Rp 410.000) per meter persegi untuk ruang kantor yang masih kosong dan dipatok dalam valuta asing. Adapun harga perkantoran grade B mencapai rerata Rp 200.000 per meter persegi, dan grade C Rp 100.000 per meter persegi. Seluruhnya di luar biaya servis.
Menurut Bagus, untuk beberapa perkantoran yang dipatok dalam rupiah mengalami kenaikan harga sekitar 8,6 persen per kuartal (kuartal IV 2013 ke kuartal I 2014) dan 37,9% secara tahunan (year on year). Sementara itu, untuk perkantoran dengan harga sewa dalam valas dollar AS, tumbuh 3,7 persen per kuartal.
"Pencapaian tersebut kemudian mendorong tumbuhnya pengembangan-pengembangan baru. Hingga 2017 mendatang terdapat sekitar 7 juta meter persegi ruang perkantoran secara kumulatif," ujar Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto.
Perkantoran yang rampung konstruksinya selama 2014-2017 baik strata maupun sewa, akan terserap baik. Pasalnya, awal tahun ini saja komitmen ruang tersewa dan terjual sudah lebih dari separuhnya yakni 65 persen.
"Confidence level meningkat seiring melesetnya perkiraan keadaan ekonomi memburuk. Ditambah lagi laporan Indonesia di mata lembaga asing pun juga membaik," tandas Bagus.
Pembangunan infrastruktur
Menguatnya pertumbuhan perkantoran juga dipengaruhi pembangunan infrastruktur (government spending). Proyek infrastruktur skala besar seperti Mass Rapid Transit (MRT) semakin meningkatkan kebutuhan ruang kantor. Kebutuhan ini berasal dari perusahaan-perusahaan asing, terutama Jepang yang terkait dengan proyek MRT, macam Shimizu dan perusahaan konsultan seperti JICA (Jaan International Cooperation Agency).
"Mereka membutuhkan ruang kantor dengan ukuran luas sekitar 1.500 hingga 3.000 meter persegi. Tahun 2015 permintaan bakal didominasi oleh mereka," imbuh Bagus.
Prediksi sampai akhir 2014, pasokan dan kebutuhan seimbang dengan proyeksi pertumbuhan sekitar 5,8 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.