Dalam acara tersebut, karya Kengo Kuma menjadi bagian dari pameran Sensing Spaces. Kuma juga sempat membagi rahasia desainnya kepada James Pallister dari Dezeen.
"Rahasia desain saya adalah sejak awal proses desain, saya berpikir mengenai apa bahan bangunan, bagaimana penyelesaian bangunan. Dalam proses normal arsitektur, keputusan mengenai material seringkali menjadi bagian terakhir dari desain. Saya pikir hal itu akan menyebabkan banyak kesalahan. Keputusan material seharusnya pertama dalam desain," ujar Kuma.
Selain itu, Kuma juga memiliki pandangan khusus mengenai arsitektur. Menurutnya, setelah perkembangan ekonomi di tahun 1980-an, pikirannya mulai berubah. Kemudian, definisinya mengenai alam pun ikut bergeser setelah terjadi peristiwa tsunami pada Maret 2011.
"Sebelum tsunami, saya pikir alam alam itu penting. Setelah tsunami, saya mulai benar-benar berpikir bahwa alam tidak lemah. Kekuatan alam dibandingkan bangunan sangat tidak seimbang. Itu respon saya terhadap Maret 2011," ujarnya.
Menurut sang arsitek, setelah bencana dia mulai berpikir bahwa para arsitek lainnya tidak lagi bisa menggunakan material industrial lagi. "Setelah tsunami, saya berpendapat banyak arsitek berpikir berbeda mengenai arsitektur, terutama di Jepang. Beberapa arsitek mengungkapkan hal serupa, contohnya Toyo Ito, desainnya sangan kontemporer sebelum tsunami, namun setelah tsunami, dia mendesain beberapa bangunan kayu: Saya merasakan adanya perubahan dalam dirinya."
Perubahan ini, menurut hemat Kuma, mungkin akan menyebar hingga Eropa, namun sangat lambat dan baru terjadi di masa depan. Dalam masanya nanti, pengaruh tsunami akan tampak dalam kerendahan hati para arsitek menghadapi alam. Pilihan material, detail, dan ukuran bangunan menjadi tolok ukurnya. "Dan kriteria bagi arsitektur setelah tsunami adalah kerendahan hati," imbuh Kengo Kuma.
Tsunami, menurut sang arsitek, bisa membawa orang-orang ke tempat yang lebih baik. Tsunami adalah pelajaran besar. Desain begitu kuat dan mampu mendominasi segalanya. Namun, di hadapan alam, para arsiitek ini perlu mengubah pemahaman mereka. "Saran saya bagi arsitek muda adalah menjadi rendah hari. Namun, jangan putus harapan," tandasnya.