Demikian Head of Research Jones Lang LaSalle, Anton Sitorus, mengutarakan pendapatnya dalam sebuah diskusi properti yang diselenggarakan bersamaan dengan Indonesia Properti Expo 2014, di Jakarta, Selasa (11/2/2014).
"Ketiga faktor tersebut membuat sentimen pasar menurun. Meskipun kalau dilihat dari segi permintaan, dan kapasitas daya beli masih kuat. Ini hanyalah masalah momentum yang harus disikapi pengembang dengan tepat," jelas Anton.
Alih-alih mengantisipasi, salah strategi bisa menjadi bumerang. Konsolidasi adalah langkah terbaik dari sekian banyak opsi, seperti ekspansi dan diversifikasi portofolio baru. Hanya, Anton mengingatkan, Indonesia sejatinya punya sejarah politik yang lumayan stabil dalam satu dekade terakhir. Sehingga pasar tidak terlalu terpengaruh.
Pemilu 2004, dan 2009, lanjutnya, justru menunjukkan anomali. Pada 2004, penjualan properti, khususnya apartemen strata naik dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Sementara kinerja penjualan pada 2009, meski agak menurun, masih bisa melampaui kinerja penjualan tahun 2003.
Sementara Sekjen DPD AREBI Jakarta, Jimmy Handoko, berpendapat, bahwa perlambatan yang terjadi sejak semester dua 2013 dan berlanjut hingga tahun ini, lebih disebabkan oleh aktivitas investasi. Menurutnya, para pelaku investasi tidak akan melakukan bullish terus.
"Investor akan menarik nafas dulu, bukan karena harga properti terlalu mahal. Melainkan mengurangi volume investasi. Mereka menunggu pada saat konsolidasi untuk menyambut tren berikutnya bergulir kembali," ujarnya.
Jika semuanya berjalan mulus, dan sesuai ekspektasi, dalam arti produk Pemilu yang dihasilkan diterima oleh semua kalangan, siklus properti 2010 dan 2011 bakal terulang. Bahkan diprediksi akan melampaui pencapaian pada tahun-tahun itu.
Untuk diketahui, saat konsolidasi seperti sekarang, akan ada banyak proyek yang berganti kepemilikan atau berpindah tangan. Satu di antara yang terbesar adalah penjualan aset Epicentrum Walk milik PT Bakrie Swasakti Utama yang merupakan anak usaha PT Bakrieland Development Tbk kepada PT Bumi Serpong Damai Tbk.
Dari hasil penjualan tersebut, Bakrie Swasakti Utama memperoleh dana senilai Rp 297 miliar yang akan dialokasikan untuk belanja lahan di dua lokasi di Sidoarjo, Jawa Timur.
Rencana akuisisi proyek mati juga akan dilakukan ISPI Group di beberapa kawasan pengembangan di Jadebotabek, dan Purwakarta.
"Kami mengincar aset-aset seperti ini masuk dalam portofolio baru. Posisi kami menjadi mayoritas, dan pemilik aset lama tetap kami sertakan juga meski dengan komposisi kecil," ujar Komisaris Utama ISPI Group, Preadi Ekarto, Rabu (12/2/2014).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.