Demikian dikatakan Wakil Presiden Direktur PT Jababeka Tbk, Tanto Kurniawan, kepada Kompas.com, Selasa (4/2/2014).
Menurut Tanto, pada 2015 mendatang keran investasi akan terbuka lebar. Bila tidak diantisipasi dengan persiapan baik dan matang, maka pengembang Indonesia hanya akan menjadi penonton. Sebaliknya, pengembang atau investor asing (terutama asalah Singapura dan Malaysia) dengan kekuatan dana, teknologi dan sumber daya manusia punya potensi untuk "menyetir" pasar properti Indonesia.
Padahal, peluang untuk menikmati dinamika AEC sangat besar. Terlebih saat ini, Indonesia, khususnya Jakarta menjadi kiblat bisnis properti komersial dunia.
"Kita, para pengembang lokal harus menjadi tuan rumah dan mengendalikan pasar properti sendiri. Kita memiliki kelebihan ketimbang pengembang asing. Pengembang asing yang masuk Indonesia akan terbentur oleh masalah pengadaan lahan. Mereka tidak cukup punya pengetahuan dan waktu untuk mengurus hal itu. Oleh karenanya, mereka akan memilih opsi bermitra dengan partner lokal," papar Tanto.
Di situlah, lanjut Tanto, posisi tawar pengembang Indonesia bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Pengembang yang memiliki aset lahan luas di lokasi strategis harus juga membekalinya dengan konsep pengembangan jika ingin bekerja sama dengan pengembang asing. Hal ini jauh lebih baik ketimbang bermitra namun hanya menjadi penyedia lahan.
"Investor asing tinggal menyetor dana, sebaliknya segala sesuatu mulai dari lahan, aspek legal, dan konsep pengembangan merupakan porsi pengembang Indonesia. Ini yang dinamakan pengembang Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri," tandas Tanto.
Pengembang lokal, imbuh Tanto yang juga merupakan Presiden Komisaris PT Grahabuana Cikarang, harus memanfaatkan dana asing semaksimal mungkin. Pasalnya, saat krisis 2008, kondisi finansial pengembang mengalami koreksi. Sumber pendanaan menjadi semakin tidak mudah, dan itu terus berlanjut hingga kini.
Nah, pengembang asing membawa dana yang kemudian dipadukan dengan lahan dan konsep yang ditawarkan pengembang lokal. "Itu akan menjadi kolaborasi yang sehat dan kuat," ujar Tanto.
Untuk diketahui, konsultan properti internasional Jones Lang LaSalle, mendapuk Jakarta di urutan ke-12 kota dunia dengan City Momentum Index (CMI) tertinggi bersama 19 kota lainnya. Sebelumnya, Jakarta juga tercatat sebagai kota dengan akselerasi pertumbuhan tercepat pada 2013 khususnya untuk perkantoran sewa, baik dari segi permintaan maupun pasokan dan harga. Tak main-main, predikat tersebut disematkan oleh lembaga internasional seperti Urban Land Institute (ULI), PriceWaterhouse Cooper, dan Knight Frank.
Selain Jakarta, JLL mengidentifikasi kota dunia lainnya yang memperlihatkan pertumbuhan dan kekuatan momentum properti komersial yang dikombinasikan dengan kondisi sosial-ekonomi. Kota-kota tersebut adalah San Fransisco, London, Dubai, Shanghai, dan Wuhan. Kelimanya memimpin posisi teratas CMI.
CMI menilai 111 kota di seluruh dunia berdasarkan 34 variabel jangka pendek dan jangka panjang, menyangkut pertumbuhan growth domestic product, populasi, lalu lintas penumpang udara, kehadiran kantor pusat perusahaan dan investasi asing langsung (foreign direct investment), pasokan-tingkat serapan-aktivitas sewa perkantoran, pembangunan pusat belanja dan aktivitas sewanya, dan volume investasi properti komersial.
Selain itu, keberadaan infrastruktur pendidikan beserta perguruan tinggi, kemampuan inovasi, dan penerapan teknologi juga menjadi indikator penilaian.
Tahun ini pun, JLL memprediksi ibukota Indonesia ini bakal tampil kembali menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.