Namun, Gehry dengan lugas menyatakan bahwa dia menolak mendapat sebutan "starchitect" atau "bintangnya arsitek".
Dalam sebuah wawancara dengan jurnalis Financial Times, Peter Aspden, Gehry mengatakan, "Anda tidak akan memanggil saya dengan sebutan 'starchitect', kan? Saya benci (sebutan) itu."
Tidak hanya berhenti di sana, secara spesifik dia juga menyatakan bahwa sebutan tersebut merupakan hasil karya dan rekayasa para wartawan. Menurutnya, mereka tidak hanya menciptakan sebutan baru ini, tetapi juga menggunakannya untuk mengutuk para arsitek.
Pria beruban ini mungkin boleh menolak berbagai sebutan yang ditujukan baginya. Namun, hasil karyanya memang menonjol dan mau tidak mau sangat identik dengan sosoknya. Lantas, bagaimana Gehry melihat dirinya sendiri dan hasil karyanya?
"Saya cukup teliti. Saya tidak tahu jika hal tersebut sudah diketahui oleh banyak orang. Memang ada sebuah gagasan yang beredar bahwa saya hanya membuat satu bentuk dan sekadar mengarahkan segalanya pada bentuk tersebut. Itu jauh dari kenyataan. Bagi saya, segalanya terbayar dengan bekerja bersama orang-orang dan membuat mereka bahagia. Saya merasa seperti saya telah berhasil melakukan sesuatu. Mungkin saya lahir untuk menyenangkan orang lain," ujar Gehry.
Menurut Gehry, kampus baru Facebook tersebut merupakan fasilitas penelitian, jadi mereka tidak membutuhkan gedung ikonik seperti Museum Guggenheim. Lagi pula, Gehry juga mendasarkan desainnya pada keinginan dan kebutuhan kliennya, "bos" Facebook, Mark Zuckerberg.
"Dia (Zuckerberg) bukan penggemar seni atau arsitektur. Dia seorang anak yang fokus, dan melakukan pekerjaannya dengan baik. Kami berbicara mengenai apa yang dia suka, dan dia suka berjalan kaki. Dia seorang penyuka udara bebas. Itu cara dia berolahraga, itu cara dia berpikir," ungkap Gehry.