Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agung Sedayu Bersiap Melantai di Bursa Efek Indonesia

Kompas.com - 09/11/2018, 12:58 WIB
Hilda B Alexander,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

BANGKOK, KOMPAS.com – Agung Sedayu Group bersiap untuk melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada tahun 2020.

Menurut CEO High Rise Agung Sedayu Group Alexander H Kusuma, keputusan melantai di Bursa Efek Indonesia akan ditentukan pada akhir 2019.

“Saat ini kami sedang mempersiapkan segala sesuatunya, seperti sejumlah dokumentasi, termasuk perusahaan mana dengan aset apa saja yang akan di-go public-kan,” ungkap Alex dalam perbincangan eksklusif bersama Kompas.com, Rabu (7/11/2018).

Alex menuturkan, aksi korporasi IPO ini ditempuh untuk semakin menguatkan konstruksi dan struktur finansial perusahaan.

Selama ini, Agung Sedayu Group hanya mengandalkan dana internal untuk membiayai seluruh proyek yang dikembangkan.

Bahkan, hingga November 2018, aku Alex, Agung Sedayu Group belum pernah meminjam sepeser pun dana perbankan.

Baca juga: Dukung Program Sejuta Rumah, Agung Sedayu Garap Apartemen Murah

Namun, Alex tak bersedia menyebut besaran dana yang diharapkan dari IPO ini. Satu hal yang pasti, jika kelak ada koleksi dana publik, akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek baru dan yang sedang berjalan.

Saat ini Agung Sedayu Group tengah mengembangkan 20.000 unit apartemen sederhana milik (anami) di Pantai Indah kapuk (PIK) 2 dengan harga Rp 200 juta hingga Rp 400 juta per unit.

Untuk membangun anami yang merupakan kontribusi dan bentuk dukungan Agung Sedayu Group terhadap Program Sejuta Rumah yang digagas pemerintah pusat, perusahaan masih menggunakan dana internal.

“Itu laku seluruhnya lho, sold out. Perkembangannya sudah memasuki tahap pembangunan basement setelah fondasi empat bulan. Selesai dan serah terima kunci akhir 2019,” ucap Alex.

Demikian juga untuk merealisasikan pembangunan mixed use project Fatmawati City Center yang dibanderol seharga Rp 30 juta per meter persegi untuk 800 unit menara pertama.

Fatmawati City Center dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kelas menengah di jakarta Selatan yang menginginkan gaya hidup serba praktis dan terkoneksi dengan MRT Jakarta.

Alex menargetkan tahap pertama proyek ini rampung dan serah terima kunci pada 2020 mendatang.

Sementara Menara Jakarta yang dipatok Rp 37 juta per meter persegi terkoneksi dengan LRT Jakarta dan bus Trans-Jakarta.

“Selain dana internal, kami juga mengandalkan dana konsumen. Namun, komposisinya kecil sekali, hanya 30 persen. Sementara saat ini kan kondisi bisnis masih belum pulih benar. Sangat menantang,” tambah Alex.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau