Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Agung Sedayu Bersiap Melantai di Bursa Efek Indonesia

BANGKOK, KOMPAS.com – Agung Sedayu Group bersiap untuk melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada tahun 2020.

Menurut CEO High Rise Agung Sedayu Group Alexander H Kusuma, keputusan melantai di Bursa Efek Indonesia akan ditentukan pada akhir 2019.

“Saat ini kami sedang mempersiapkan segala sesuatunya, seperti sejumlah dokumentasi, termasuk perusahaan mana dengan aset apa saja yang akan di-go public-kan,” ungkap Alex dalam perbincangan eksklusif bersama Kompas.com, Rabu (7/11/2018).

Alex menuturkan, aksi korporasi IPO ini ditempuh untuk semakin menguatkan konstruksi dan struktur finansial perusahaan.

Selama ini, Agung Sedayu Group hanya mengandalkan dana internal untuk membiayai seluruh proyek yang dikembangkan.

Bahkan, hingga November 2018, aku Alex, Agung Sedayu Group belum pernah meminjam sepeser pun dana perbankan.

Namun, Alex tak bersedia menyebut besaran dana yang diharapkan dari IPO ini. Satu hal yang pasti, jika kelak ada koleksi dana publik, akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek baru dan yang sedang berjalan.

Saat ini Agung Sedayu Group tengah mengembangkan 20.000 unit apartemen sederhana milik (anami) di Pantai Indah kapuk (PIK) 2 dengan harga Rp 200 juta hingga Rp 400 juta per unit.

Untuk membangun anami yang merupakan kontribusi dan bentuk dukungan Agung Sedayu Group terhadap Program Sejuta Rumah yang digagas pemerintah pusat, perusahaan masih menggunakan dana internal.

“Itu laku seluruhnya lho, sold out. Perkembangannya sudah memasuki tahap pembangunan basement setelah fondasi empat bulan. Selesai dan serah terima kunci akhir 2019,” ucap Alex.

Demikian juga untuk merealisasikan pembangunan mixed use project Fatmawati City Center yang dibanderol seharga Rp 30 juta per meter persegi untuk 800 unit menara pertama.

Fatmawati City Center dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kelas menengah di jakarta Selatan yang menginginkan gaya hidup serba praktis dan terkoneksi dengan MRT Jakarta.

Alex menargetkan tahap pertama proyek ini rampung dan serah terima kunci pada 2020 mendatang.

Sementara Menara Jakarta yang dipatok Rp 37 juta per meter persegi terkoneksi dengan LRT Jakarta dan bus Trans-Jakarta.

“Selain dana internal, kami juga mengandalkan dana konsumen. Namun, komposisinya kecil sekali, hanya 30 persen. Sementara saat ini kan kondisi bisnis masih belum pulih benar. Sangat menantang,” tambah Alex.

Kinerja penjualan yang tidak secemerlang dua atau tiga tahun lalu turut memengaruhi Agung Sedayu untuk mempertimbangkan opsi memanfaatkan sumber dana alternatif, yakni dana publik.

“Senin Harga Naik” tidak berlaku lagi

Terkait belum pulihnya kondisi bisnis properti dan lambatnya penjualan beberapa proyek yang tengah dikembangkan, Agung Sedayu Group pun meninggalkan kampanye “Senin Harga Naik”.

“Itu sudah lama enggak ada. Mungkin udah dua tahun ya, sejak awal 2017, seiring lesunya bisnis properti,” kata Alex.

Karena itulah, sambung dia, Agung Sedayu Group tidak menaikkan harga jual properti yang tengah dipasarkan sejak awal tahun ini.

Kalau pun ada perubahan harga, hanya untuk produk-produk properti yang sudah dalam konstruksi dan terbangun, baik sebagian maupun rampung seluruhnya.

“Itu pun dengan kenaikan hanya sekitar 10 persen. Paling banter 15 persen tertinggi,” tutur Alex.

Dia mengakui, dengan pertumbuhan harga dalam kisaran angka moderat, ekulibrium di pasar properti dengan sendirinya tercipta, dan hal ini justru membuat keadaan menjadi lebih baik.

Permintaan dan penawaran yang berjalan seimbang, riil, dan lebih sehat ini, menurut Alex, terjadi karena end user lebih aktif melakukan transaksi ketimbang investor.

“Para pembeli anami di PIK 2 merupakan end user. Tidak ada investor. Ini menurut saya justru bagus dan sinyal positif untuk masa depan pasar properti lebih baik lagi,” tuntas Alex.

https://properti.kompas.com/read/2018/11/09/125800621/agung-sedayu-bersiap-melantai-di-bursa-efek-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke