Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengelolaan Sungai Cidanau Dinilai Ideal

Kompas.com - 04/03/2015, 00:30 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dosen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB), Roh Santoso Budi Waspodo, mengatakan pengelolaan air sungai yang ideal di Indonesia justru dilakukan oleh BUMN, yakni Sungai Cidanau, Kota Cilegon, Banten.

"Rancangan induk ideal itu baru Sungai Cidanau yang dikelola PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Di hilir pemanfaatannya jelas, tetapi di hulu juga terus dikonservasi. Ini bagus, meski industri mengeksploitasi di hilir, tetapi di atas ditanami terus," tutur Roh di Jakarta, kepada Kompas.com, Selasa (3/3/2015).

Sementara pengelolaan sungai-sungai lainnya, kata Roh, masih jauh dari ideal. Sebut saja Sungai Ciliwung yang melintasi Ibu Kota Jakarta. Sudahlah daerah aliran sungai (DAS)-nya seperti garis lurus, bantarannya justru dipenuhi bangunan-bangunan liar.

"Kondisi bantaran Sungai Ciliwung, juga tidak bersahabat. Untuk sungai sebesar Ciliwung, setidaknya tanah di bantarannya harus berjarak 50 meter dari pinggir sungai. Selain itu, perlu juga ada situ-situ, yang fungsinya seperti terminal air, supaya air tidak cepat ke bawah. Sekarang situ sudah jadi rumah-rumah," kata Roh.

Padahal, lanjut Roh, pemerintah sudah memiliki hukum dan peraturan yang mengikat tentang sungai, misalnya Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011. Sayangnya, peraturan tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya di lapangan karena masih banyak bangunan-bangunan liar yang mengganggu aktivitas sungai.

Menurut Roh, karena kondisi seperti itulah, mudah dimafhumi jika Jakarta banjir. Penyebab banjir tak semata karena luapan air sungai, melainkan disebabkan daerah resapan sudah tertutup dengan bangunan-bangunan beton. Plus DAS Ciliwung yang seperti garis lurus tadi.

"DAS Ciliwung itu lurus. Jadi, kalau hujan di atas (bagian hulu atau Puncak Bogor), airnya cepat sampai bawah (bagian hilir atau Jakarta)," ujar Roh.

Berbeda dengan Ciliwung, DAS Brantas justru berkelok-kelok menyerupai obat nyamuk bakar. Dengan begitu, sungai ini menjadi sangat panjang dan air yang mengalir dari hulu ke hilir pun membutuhkan waktu lama.

"Air dari (hulu) Sungai Brantas 4 hari baru sampai (hilir). Kalau Ciliwung, enam jam dari Bogor sampai Jakarta, sangat cepat," pungkas Roh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com