JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan kumuh Bungkutoko dan Petoaha di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) kini bakal menjadi destinasi wisata baru dengan konsep waterfront city (wisata air).
Hal ini menyusul telah rampungnya penataan kawasan tersebut melalui kegiatan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang ada di tepi sungai.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, penataan kawasan tepi sungai tidak hanya memperbaiki fisik infrastruktur, namun juga mengajak masyarakat meningkatkan kualitas hidup dan lingkungan mereka.
Hal ini dimungkinkan karena perencanaan dilakukan bersama Pemerintah Kota (Pemkot) serta masyarakat.
"Untuk pemanfaatan selanjutnya, tinggal bagaimana peran Pemkot untuk pemberdayaan masyarakat sehingga dapat mengembangkan potensi kawasan tersebut," ujar Basuki dikutip dari laman Kementerian PUPR, Sabtu (03/07/2021).
Wakil Ketua Komisi V DPR RI Ridwan Bae berharap, agar kawasan ini dapat dipelihara dengan baik, terutama bagi Pemkot setelah dilakukan serah terima aset.
"Satu catatan, supaya sistem drainase diperbaiki agar tidak terjadi genangan saat hujan," terang Ridwan.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi Industri dan Lingkungan sekaligus Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja mengatakan, kawasan yang kini dikenal dengan nama Kendari Waterfront City tersebut telah menjadi destinasi wisata baru yang tidak hanya dinikmati masyarakat Kota Kendari.
Baca juga: Tangkis Sentilan Kepala Bappenas, Khalawi Sebut Masalah Kota Kumuh Sudah Diatasi
"Warga dari kota/kabupaten lain di Sultra juga dapat berkunjung karena aksesnya sudah lebih mudah sejak adanya Jembatan Teluk Kendari," kata Endra.
Endra mengungkapkan, hal selanjutnya yang paling penting adalah terkait pemeliharaan. Karena, ruang publik ini harus bersih, nyaman, dan rindang.
Maka dari itu, tempat sampah harus tersedia dan memadai di setiap sudut kawasan supaya pengunjung tidak membuang sampah sembarangan.
Selama masa Pandemi Covid-19, penataan kawasan kumuh Bungkutoko dan Petoaha dilaksanakan dengan skema Padat Karya Tunai (PKT) melalui Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku).
Pengalihan pola dari kontraktual menjadi PKT bertujuan untuk mendukung mitigasi dampak Pandemi Covid-19, terutama menciptakan lapangan pekerjaan dan mendorong daya beli masyarakat.
Penataan kawasan kumuh Bungkutoko dan Petoaha mencakup lahan seluas 31 hektar dengan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 39,6 miliar.
Pelaksanaannya menjadi dua bagian yaitu untuk Bungkutoko dilakukan kontraktor PT Karya Syarnis Pratama senilai Rp 23 miliar.
Sedangkan penataan kawasan Petoaha dilakukan kontraktor PT Indopenta Bumi Permai dengan anggaran sebesar Rp 16,6 miliar.
Untuk pekerjaannya sendiri dilakukan kegiatan berupa penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH), pembangunan jalan lingkungan sepanjang 245 meter, dan pembangunan wisata air sepanjang 697,16 meter, serta drainase dan jalan titian kramba sepanjang 320 meter.
Selanjutnya juga dibangun Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS 3R), duiker plat, tambatan perahu, 4 unit tempat duduk, dan jalan paving block.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.