JAKARTA, KOMPAS.com - Managing Director Strategic Business & Services Sinarmas Land Alim Gunadi mengatakan, pasar apartemen di Jakarta sepanjang tahun 2020 lalu hingga saat ini cenderung melemah.
Mengutip Jakarta Property Market Update Q1 2021 JLL, pelemahan tersebut terjadi di sisi pasokan dan permintaan.
"Tahun lalu merupakan periode launching paling rendah karena semua orang dan semua industri itu perhatiannya lebih pada meningkatkan kemampuan untuk bertahan," kata Alim dalam diskusi virtual, Selasa (25/05/2021).
Baca juga: Harga Apartemen Turun 2,3 Persen Selama Kuartal I-2021
Dia menjelaskan, sepanjang tahun 2020 pertumbuhan pasokan dan permintaan apartemen hanya sekitar 9 persen dengan launching unit baru kurang dari 5.000 unit.
Berbeda dengan rumah tapak dengan pasokan mencapai 15.000 unit yang umumnya dibangun di daerah-daerah tetangga ibu kota.
"Angka pasokan ini bahkan lebih tinggi dari sebelum Covid-19, dan sentimennya cukup bagus. Titik equlibriumnya sudah terlewati pada tahun lalu, dan sekarang kondisinya sudah mulai naik," imbuh Alim.
Dari sisi investor, terdapat sejumlah alasan melemahnya permintaan apartemen. Salah satunya rental market yang sangat kecil saat ini karena berkurangnya jumlah ekspatriat.
Hal tersebut membuat penghasilan atau pemasukan bagi investor menjadi tidak pasti.
"Permintaan apartemen sangat lemah. Karena jumlah ekspatriat juga berkurang akibat pandemi. Jadi ya yield-nya atau penghasilannya jadi tidak pasti," ujarnya.
Jika dibiarkan kosong, biaya pemeliharaan dibayarkan oleh pemilik unit. Ini juga menjadi salah satu pertimbangan apartemen tidak diminati selama Covid-19.
Sementara berkurangnya jumlah atau pasokan apartemen baru yang terjadi sejak tahun 2020 disebabkan sejumlah aturan seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna menekan penularan Covid-19.
Selain itu, banyak juga investor yang menilai bahwa keuntungan dari bisnnis apartemen ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan rumah tapak.
Akibatnya, investor justru mengalihkan uangnya ke instrumen investasi alternatif lain seperti pasar saham, emas dan yang lainnya.
"Saat ini investor mengalihkan (switch) uang yang mereka punya ke instrumen investasi lain yang cenderung lebih dinamis, seperti emas, saham dan instrumen lainnya," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.