Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 25/05/2021, 17:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Managing Director Strategic Business & Services Sinarmas Land Alim Gunadi mengatakan, pasar apartemen di Jakarta sepanjang tahun 2020 lalu hingga saat ini cenderung melemah.

Mengutip Jakarta Property Market Update Q1 2021 JLL, pelemahan tersebut terjadi di sisi pasokan dan permintaan.

"Tahun lalu merupakan periode launching paling rendah karena semua orang dan semua industri itu perhatiannya lebih pada meningkatkan kemampuan untuk bertahan," kata Alim dalam diskusi virtual, Selasa (25/05/2021).

Baca juga: Harga Apartemen Turun 2,3 Persen Selama Kuartal I-2021

Dia menjelaskan, sepanjang tahun 2020 pertumbuhan pasokan dan permintaan apartemen hanya sekitar 9 persen dengan launching unit baru kurang dari 5.000 unit.

Berbeda dengan rumah tapak dengan pasokan mencapai 15.000 unit yang umumnya dibangun di daerah-daerah tetangga ibu kota.

"Angka pasokan ini bahkan lebih tinggi dari sebelum Covid-19, dan sentimennya cukup bagus. Titik equlibriumnya sudah terlewati pada tahun lalu, dan sekarang kondisinya sudah mulai naik," imbuh Alim.

Dari sisi investor, terdapat sejumlah alasan melemahnya permintaan apartemen. Salah satunya rental market yang sangat kecil saat ini karena berkurangnya jumlah ekspatriat.

Hal tersebut membuat penghasilan atau pemasukan bagi investor menjadi tidak pasti.

"Permintaan apartemen sangat lemah. Karena jumlah ekspatriat juga berkurang akibat pandemi. Jadi ya yield-nya atau penghasilannya jadi tidak pasti," ujarnya.

Jika dibiarkan kosong, biaya pemeliharaan dibayarkan oleh pemilik unit. Ini juga menjadi salah satu pertimbangan apartemen tidak diminati selama Covid-19.

Sementara berkurangnya jumlah atau pasokan apartemen baru yang terjadi sejak tahun 2020 disebabkan sejumlah aturan seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna menekan penularan Covid-19.

Selain itu, banyak juga investor yang menilai bahwa keuntungan dari bisnnis apartemen ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan rumah tapak.

Akibatnya, investor justru mengalihkan uangnya ke instrumen investasi alternatif lain seperti pasar saham, emas dan yang lainnya.

"Saat ini investor mengalihkan (switch) uang yang mereka punya ke instrumen investasi lain yang cenderung lebih dinamis, seperti emas, saham dan instrumen lainnya," tutupnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+