Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merespons Program “Work From Bali”, Pengembang Siap Sambut Digital Nomad

Kompas.com - 05/05/2021, 22:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perkembangan teknologi informasi memengaruhi gaya hidup masyarakat Indonesia, termasuk generasi milenial.

Perusahaan perangkat lunak virtualisasi Amerika Serikat, VMware, dalam riset bertajuk Digital Frontiers 3.0 Study yang dirilis pada 15 April 2021 lalu, menempatkan Indonesia sebagai negara terdepan dalam tingkat penerimaan masyarakat dalam merengkuh pengalaman digital.

Bahkan 80 persen dari responden yang disurvei menyebut diri mereka sebagai digitally curious atau digital explorers.

Riset tersebut menyebut, 64 persen digital curious adalah tenaga kerja milenial yang menganggap bekerja sesuatu yang dapat dilakukan di mana pun mereka berada.

Baca juga: Diangkat Jadi Direktur Pemasaran, Rene Mayer Awasi Iklan Tiga Properti Hyatt di Bali

Lebih dari 70 persen responden juga percayaa, bahwa mereka dapat mempertahankan tingkat produktivitas di luar kantor.

Fenomena itu terjadi seiring perubahan tempat kerja baru dengan bergantinya profil pekerja dari kalangan baby boomers ke milenial.

Mereka kelahiran era mobile tahun 1982 ke atas, menduduki posisi penting di korporasi dan memiliki harapan tinggi terhadap informasi teknologi untuk mendukung kinerja bisnis seiring  cepatnya perkembangan teknologi.

Generasi seperti inilah yang dipercaya mampu mengubah tempat dan cara kerja menjadi lebih dinamis.

Baca juga: Lewat Klaster Resvara Bali, Ciputra Optimistis Raup Rp 250 Miliar

Mereka disebut sebagai digital nomaden atau disingkat digital nomad (pengembara digital) yang makin tren di dunia.

Masyarakat yang semula harus bekerja di kantor menjadi bebas, tanpa terbatas ruang dan waktu.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Republik Indonesia Sandiaga Salahuddin Uno menilai, tren digital nomad ini sangat mungkin diterapkan di Pulau Bali yang memiliki keindahan alam dan kelengkapan infrastruktur telekomunikasi.

Sejalan dengan hal itu, pemerintah meluncurkan program Work from Bali (WFB), yaitu aktivitas workcation atau bekerja dari Bali yang mengakomodasi digital nomad agar tetap bisa mengendalikan pekerjaan dari jarak jauh meskipun sedang berlibur.

"Mereka bekerja sambil liburan. Memanfaatkan ruang-ruang kerja bersama. Di mana saja, bebas. Dan Bali adlaah salah satu tempat yang sangat tepat untuk mendukung hal itu,” papar Sandi, April lalu di Bali.

Baca juga: Arsitektur Bali Mementingkan Keberlanjutan Pembangunan

Digital nomad dapat memilih lokasi bekerja secara sporadis sesuai minat yang disukai dengan memanfaatkan teknologi digital nirkabel.

Mereka mudah didapati di sejumlah co-working space yang berada di resto atau kafe, vila dan hotel.

Nusa Dua, contohnya, dikenal sebagai surganya digital nomad baik wisatawan lokal maupun turis asing yang mendambakan suasana kantor menyenangkan, fleksibel namun tetap komunikatif.

Untuk mendukung program Kemenparekraf tersebut, sejumlah pelaku usaha properti dan pariwisata di Nusa Dua, telah meluncurkan beragam paket workcation.

Satu di antaranya, PT Properti Bali Benoa (Ganda Land Grup) yang menawarkan Lavaya Resort and Residence di Tanjung Benoa.

Baca juga: Meski Banjir Investasi, Bali Harus Pertahankan Tradisi

Direktur Marketing PT Properti Bali Benoa (Ganda Land Grup) Nathalia Sunaidi mengatakan fenomena digital nomad staycation mampu menghilangkan kejenuhan, dan stres yang selama ini dialami pekerja.

"Dengan kondisi dan suasana pantai serta panorama Bali, bekerja tak lagi membosankan," kata Nathalia, Rabu (05/05/2021).

Nathalia menyebut, program Work From Bali sangat membantu di tengah lesunya pariwisata Bali akibat pandemi.

Hal ini ditunjang long term visa atau visa jangka panjang bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali dengan masa waktu lima tahun serta dapat diperbarui.

“Inilah yang nanti mendorong lebih banyak masyarakat dunia digital nomad untuk mempertimbangkan Bali sebagai second home atau rumah kedua,” jelasnya.

Dengan banyaknya wisatawan yang menjadikan Bali sebagai rumah kedua, bisnis properti di Bali diyakini akan tumbuh.

Baca juga: Mengintip Wajah Baru Pasar Seni Sukawati Bali

Nathalia optimistis ekonomi Bali akan segera bangkit lewat penciptaan lapangan kerja serta penyerapan tenaga kerja seluas-luasnya.

Lavaya Resort and Residence dikembangkan di lahan seluas 2,3 hektar. Proyek ini terdiri dari hunian lima lantai sebanyak 402 unit. Harganya mulai Rp 1,9 miliar.

Seluruh unit dilengkapi perabotan dan penyewaanya dipasarkan oleh Travelio sehingga jangkauan potensi sewanya lebih luas.

Harga sewa unit di Lavaya Resort and Residence berada pada kisaran Rp 750.000-Rp 1,6 juta per hari, atau Rp 9 juta-Rp 20 juta per bulan.

Dari total jumlah unit, telah terjual 75 persen atau sekitar 301 unit.

Saat ini, konstruksi kondominium Lavaya Resort and Residence sendiri sudah mencapai 85 persen dan akan diserahterimakan kepada pembeli pada akhir tahun 2021.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com