MEDAN, KOMPAS.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mendukung Program Pemerintah Kota Medan menghidupkan ekonomi dengan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) lewat The Kitchen of Asia.
Program ini diimplementasikan di kawasan cagar budaya Kesawan City Walk, Medan.
Dukungan nyata ditunjukkan Sandi dengan mengunjungi Kesawan pada Sabtu (27/3/2021) lalu.
Bersama Wali Kota Medan Muhammad Bobby Afif Nasution, keduanya memulai jalan-jalan di kawasan yang akan menjadi pusat budaya dan sentra kreatif ini dengan Shalat Magrib berjamaah Masjid Lama Gang Bengkok.
Masjid ini dibangun oleh saudagar Tionghoa Tjong A Fie pada 1885, renovasi pembangunannya selesai pada 1889.
Baca juga: Bobby Nasution Akan Revitalisasi Supermarket Tertua Berusia 105 Tahun
Masjid ini kemudian diserahkan kepada Kesultanan Deli di masa pemerintahan Sultan Deli Makmoen Al Rasjid Perkasa Alamsyah.
Tjong A Fie sendiri merupakan Majoor der Chineezen atau Wali Kota pertama untuk komunitas China di Kota Medan. Dia tutup usia pada 4 Februari 1921 karena pendarahan otak.
Dari foto pemakaman yang tergantung di dinding rumahnya, terlihat ratusan pelayat menghadiri dan mengantar ke peristirahatan terakhirnya di komplek pemakaman milik keluarga di kawasan Medanbrayan, Kota Medan.
Tjong A Fie juga dikenal sangat dekat dengan Makmoen Al Rasjid Perkasa Alamsyah dan para petinggi kolonial Belanda.
Selesai shalat, dengan berjalan kaki, Sandi dan Bobby menuju ke gedung Werenhuis di Jalan Hindu atau Ahmad Yani 7.
Dari dinding yang catnya sudah terkelupas tertulis: mulai dibangun pada 1916 oleh arsitek berkebangsaan Jerman G Bos dan diresmikan pada 1919 oleh wali Kota Medan pertama Daniel Baron Mackay.
Bangunan seluas 15 x 30 meter ini memiliki bungker untuk tempat menyimpan barang dagangan.
Supermarket ini menjual berbagai jenis barang, mulai makanan, pakaian, hingga produk elektronik. Menjadi saksi dan bukti kalau sistem perdagangan di Kota Medan sudah maju sejak lama.
Baca juga: Menikmati Kota Medan dari Balik Gedung Tua, Serasa Berada pada Abad 19
Namun hanya bertahan 23 tahun, tutup begitu Jepang masuk ke Kota Medan. Sang pemilik, tahun 1942 memilih pulang kampung ke Belanda karena kondisi Kota Medan yang mulai tidak kondusif.