JAKARTA, KOMPAS.com - Citi Research menerbitkan laporan mengenai kinerja pengembang dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia.
Dalam laporan yang dikeluarkan pada 16 April tersebut, Citi Reasearch mencatat empat pengembang mengalami kenaikan penjualan properti.
Keempatnya adalah PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Bumi Serpong Damai (BSDE) Tbk, PT Ciputra Development Tbk (CTRA), dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON).
Citi Research menyebutkan, LPKR merupakan pengembang dengan kinerja paling baik kurun waktu kuartal I-2020.
Baca juga: Pengembang Properti Minta Diskon Tarif Listrik dan Air 50 Persen
Perusahaan tersebut berhasil membukukan kenaikan sebesar 13 persen secara tahunan (year on year).
Hal tersebut didukung dengan penjualan berbagai proyek properti baru seperti Waterfront Estates yang baru diluncurkan oleh anak usaha, PT Lippo Cikarang Tbk, kecepatan, serta ketepatan waktu pengerjaan proyek.
"LPKR melaporkan pencapaian pra-penjualan 1Q20 yang terkuat karena keberhasilan peluncuran produk baru dan percepatan pembangunan proyek-proyeknya," tulis Citi Research dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Rabu (22/4/2020).
Selain itu CTRA mencatatkan kenaikan 2 persen secara tahunan. Keberhasilan ini didorong oleh peluncuran klaster perumahan di Citra Sentul Raya, Kabupaten Bogor.
Lalu PWON membukukan kenaikan 2 persen secara tahunan yang disumbang oleh proyek properti baru di Bekasi.
Sementara BSDE tercatat mengalami kenaikan yang didorong penjualan tanah untuk proyek jalan tol serta peluncuran proyek baru.
Tak hanya itu, Citi Research turut menyematkan nama Sumarecon (SMRA) dalam laporannya.
Meski keempat pengembang sebelumnya mengalami kenaikan, namun kinerja SMRA tercatat negatif yakni minus 25 persen secara tahunan.
Menurut laporan tersebut, penjualan perusahaan lemah karena rencana berbagai peluncuran proyeknya tertunda. Salah satu alasannya adalah pembatasan sosial akibat wabah Covid-19.
Kinerja LPKR disebut paling moncer di antara pengembang lainnya. Penjualan pengembang juga tercatat mengalami peningkatan 200 persen secara tahunan menjadi Rp 159 miliar.
Keberhasilan ini disokong oleh penjualan perkantoran Lippo Thamrin senilai Rp 994 miliar setelah konstruksi rampung.
Tak hanya itu, Citi Research pun menyebutkan, komitmen perusahaan untuk mengakselerasi konstruksi proyek Meikarta membantu meningkatkan pra-penjualan sebesar 122 persen secara tahunan menjadi Rp 156 miliar.
Ke depan, harga saham LPKR diprediksi bisa mencapai Rp 300 dalam jangka panjang. Akan tetapi, terdapat risiko yang bisa saja mengubah prediksi tersebut, sepeti pra-penjualan yang melambat, margin yang lebih rendah, regulasi properti yang lebih ketat, dan situasi politik yang tidak stabil.
Menurut Kepala riset Reliance Sekuritas Lanjar Nafi, minat investor masih tinggi pada saham perusahaan ini. Hal tersebut mengindikasikan persepsi investor bahwa pengembang memiliki prospek positif.
Data pembukuan LPKR menyebutkan, lebih dari 70 persen pendapatan LPKR berasal dari pendapatan berulang atau recurring income.
"Dalam jangka panjang Lanjar memprediksi kinerja perusahaan akan meningkat pada tahun 2020," kata Lanjar.
Lembaga ini memprediksi kuartal kedua tahun ini akan menjadi tantangan bagi para developer.
Seperti diketahui, Indonesia saat ini tengah menghadapi wabah Covid-19.
Pandemi ini menyebabkan Pemerintah memberlakukan pembatasan aktivitas di wilayah Jabodetabek serta persiapan memasuki bulan Ramadhan.
Akibatnya, permintaan lebih lambat dan penundaan peluncuran proyek-proyek baru akan terjadi lebih banyak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.