JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai konsep hunian telah ditawarkan para pengembang maupun komunitas untuk merumahkan generasi Milenial Indonesia.
Ada yang berdesain minimalis dengan ruang terbatas di apartemen, ada juga rumah tapak dengan halaman mungil untuk bercocok tanam.
Tentu, ada harga untuk dapat memiliki hunian-hunian tersebut yang pastinya sangat bervariasi. Tergantung lokasi di mana hunian tersebut berada.
Semakin dekat dengan pusat kegiatan kian mahal pula harganya. Biasanya hunian macam ini berbentuk apartemen yang menawarkan kepraktisan.
Bagaimana dengan rumah?
Baca juga: Lima Tahun Lagi, Generasi Milenial Terancam Tidak Bisa Membeli Rumah
Di Jakarta atau kota-kota besar lainnya, lokasi rumah memang berada di pinggiran. Harganya lebih terjangkau oleh kalangan milenial.
Karena itu, mudah dimafhumi jika survei Shirvano Consulting melaporkan bahwa milenial lebih memilih rumah ketimbang apartemen, meski lokasinya jauh dari pusat kegiatan.
Namun begitu, sejatinya ada alternatif lain yang ditawarkan oleh Yu Sing dan Studio Akanema. Mereka mendesain konsep rumah mikro.
Dalam konferensi video bertajuk "Housing for Millenials", rumah mikro dianggap bisa menjadi solusi generasi Milenial.
Konsep rumah mikro ini terinspirasi dari perkampungan kota padat penduduk.
Masyarakat membangun rumah bertingkat di lahan sempit untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal mereka. Meski begitu, mereka tetap menjalankan hidup seperti pada umumnya.
Bahkan, banyak dari mereka yang juga melakukan kegiatan ekonomi sehingga menjadikan rumah bertingkat tersebut lebih produktif.
"Desakan ekonomi dan keterbatasan lahan melahirkan kemampuan adaptasi yang sangat tinggi dan hebat (rumah perkampungan kota)," ucap Yu Sing, Sabtu (28/3/2020).
Baca juga: Survei: Milenial Indonesia Lebih Mengincar Rumah ketimbang Apartemen
Yu Sing melanjutkan, rumah mikro sama sekali tak menghambat kegiatan sehari-hari yang biasa dijalankan. Karena, menurutnya, menjalankan hidup tak hanya bergantung dari rumah.
Dia mengibaratkan siput yang memiliki cangkang sebagai rumahnya dan bisa menjalankan aktivitas seperti biasanya.
Konsep rumah mikro membuat beban yang ditanggung pemilik rumah menjadi lebih kecil ketimbang rumah biasanya.
Bahkan, memiliki rumah mikro dapat mengajarkan milenial untuk menekan gaya hidup konsumtif.
"Mau tidak mau gaya hidup dipaksa dengan ruang yang ada, jadi lebih berhemat (ruang) karena tak ada tempat untuk meletakkan barang. Misalnya, membeli banyak pakaian. Karena punya rumah mikro, Anda tak bisa membeli banyak barang karena keterbatasan ruang," papar Yu Sing.
Terkait tanggapan Pemerintah terhadap rumah mikro, Yu Sing menuturkan belum ada reaksi apa pun.
Yu Sing bersama Akanoma Studio lebih ingin memperkenalkannya lewat masyarakat terlebih dahulu.
Saat ini, tipe rumah mikro yang didesain adalah rumi dan scaffolding.
Rumah rumi dirancang seluas 21 meter persegi yang berada di Cimanggis, Bojonggede, dan Bogor. Harga yang ditawarkan Rp 100 jutaan.
Sedangkan, scaffolding berada di Sawangan, Depok seluas 24 meter persegi dengan patokan harga juga Rp 100 jutaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.