BANDA ACEH, KOMPAS.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera I, Ditjen Sumber Daya Air, terus mempercepat pembangunan Bendungan Rukoh, di Kabupaten Pidie, Aceh.
Bendungan ini merupakan satu di antara tiga bendungan di Provinsi Aceh yang masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) dan memiliki urgensi tinggi untuk direalisasikan serta mampu mendukung peningkatan sektor ketahanan pangan (pertanian) dan pemenuhan kebutuhan air.
Kepala BWS Sumatera I Djaya Sukarno menuturkan, selain Rukoh, dua lainnya yang saat ini masih dikerjakan adalah Bendungan Keureuto, dan Bendungan Tiro.
Khusus untuk Bendungan Rukoh merupakan satu kesatuan dengan Bendungan Tiro karena berada di satu kawasan pengembangan, yakni Kabupaten Pidie.
Baca juga: Jokowi: Bendungan Keureuto Dibangun, Produksi Beras Aceh Naik
"Nantinya jika telah beroperasi, debit air dari Bendungan Tiro bisa disuplesi ke Bendungan Rukoh. Karena debit air Bendungan Tiro lebih tinggi dibanding Rukoh," ujar Djaya menjawab Kompas.com, saat meninjau Terowongan Pengelak Bendungan Rukoh, Pidie, Sabtu (23/2/2020).
Djaya mengatakan, perubahan desain pembangunan Bendungan Tiro masih disusun. Bila desain baru selesai dan disetujui, akan dilanjutkan dengan dimulainya kegiatan konstruksi pada tahun 2021.
"Jika sebelumnya dirancang untuk menampung air sebanyak 45 juta meter kubik menjadi hanya 15 juta meter kubik," ujar Nizamuddin.
Bendungan Tiro dan Bendungan Rukoh akan saling terhubung lewat terowongan. Air dari Bendungan Tiro dapat dialirkan ke Bendungan Rukoh saat tampungan di Bendungan Tiro melebihi kapasitas.
Djaya menjelaskan, manfaat Bendungan Rukoh sebagai irigasi, dapat mengairi lahan pertanian seluas 11.950 hektar.
Diharapkan, masa panen petani menjadi dua sampai tiga kali dalam setahun dari sebelumnya hanya satu atau dua kali masa panen dalam setahun.
"Hingga saat ini, progres pembangunan Bendungan Rukoh telah mencapai 8,69 persen. Konstruksinya memasuki tahap penyelesaian outlet terowongan pengelak aliran sungai agar dapat dilakukan pekerjaan utama pada tubuh bendungan," jelas Djaya.
Sementara untuk pembebasan lahan, menurut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bendungan 3 BBWS Sumatera I Yulidin, sudah berada pada posisi 71 hektar.
"Luas lahan yang dibebaskan ini sebagian besar untuk area konstruksi," imbuh Yulidin.
Adapun kebutuhan lahan secara total seluas 858 hektar dengan rincian, 345 hektar di antaranya merupakan kawasan hutan dengan status hak pinjam pakai dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) dan 442 hektar merupakan lahan non-kawasan hutan.
Pembangunan Bendungan Rukoh dibagi dalam dua paket pekerjaan dengan total nilai konstruksi Rp 1,5 triliun.
Paket I dikerjakan oleh PT Nindya Karya dengan pagu Rp 377.258.611.000, Paket II dikerjakan oleh KSO PT Waskita Karya (Pesrero) Tbk-PT Adhi Karya (Persero) Tbk-Andesmont dengan pagu Rp 1.129.147.661.000, dan supervisi Rp 53.641.978.000.
Adapun target penyelesaian Bendungan Rukoh tahun 2022.
Saksikan video progres pembangunan Bendungan Rukoh: