Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta, Lihatlah Cara Jepang Mengatasi Banjir

Kompas.com - 03/01/2020, 17:28 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Penyelesaian konstruksi fasilitas ini secara drastis telah mengurangi jumlah rumah yang terendam banjir di daerah sekitarnya.

Keberadaan fasilitas itu membuat wilayah Saitama timur berkembang. Area ini merupakan kawasan yang paling merasakan manfaat dari fasilitas ini. 

Industri lokal pun berkembang dan berhasil menarik beberapa pusat distribusi e-commerce serta pusat perbelanjaan baru.

Lalu, apakah cara ini bisa diterapkan di Indonesia, khususnya ibu kota?

Menurut Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi, jika ingin meniru cara Jepang dalam mengelola banjir, permasalahan paling besar ada pada pemenuhan ruang.

Baca Juga: Jakarta Menantang Zaman

Hal ini membuat perbaikan kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) juga menjadi pekerjaan rumah.

"Model pendekatan teknologi harus melihat kondisi lingkungan, baik secara hulu, hilir, dan melibatkan warga penuh dalam perencanaan," tutur Tubagus kepada Kompas.com, Jumat (3/1/2020).

Menurutnya, kondisi daya dukung dan daya tampung di Pulau Jawa sudah terdegradasi, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Penyebabnya karena pembangunan ruang yang dinilai rakus, sedangkan pemerintah saat ini tidak mampu mengontrol.

"Jadi mungkin tidaknya perlu diuji analisis," ucap dia.

Meski begitu, Manager Kampanye Perkotaan dan Energi WALHI Dwi Sawung mengatakan secara teknis cara tersebut dapat diterapkan. Tetapi pasti akan terbentur pada masalah biaya.

"Secara teknis bisa, tapi pasti mahal banget biayanya," kata Dwi.

Selain itu, halangan untuk bisa merealisasikan cara yang diterapkan Jepang adalah para pengembang yang melakukan pembangunan di daerah penampungan air seperti di daerah Kelapa Gading.

"Malah seringnya (pembangunan) mengorbankan masyarakat lain sepeti di Pluit dan Angke," sebut dia.

Menurut Dwi, Jakarta sendiri tidak mungkin terbebas dari banjir sepenuhnya, apalagi mengingat faktor geografis dan ekologi kawasan ini.

Tetapi, potensi banjir masih dapat diminimalisasi dengan penataan ruang yang mempertimbangkan lingkungan serta teknis.

Selain itu, penataan ruang di Jakarta seharusnya juga berkesinambungan dan dibangun untuk jangka panjang.

Bukan hanya Jakarta saja, Dwi juga mengingatkan agar penataan ruang juga dilakukan di wilayah hulu.

"Dibangun apapun kalau hulunya diacak-acak tetap akan kebanjiran," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com