BODAT. Panggilan yang arti harfiahnya tak ada bagus-bagusnya itu justru merekatkan hati dan perkawanan banyak orang. Itu karena dia.
"Eh, Bodat, ngunyah mulu lo. Di kantor tuh kerja, otak lo dipake."
Itulah kalimat yang diucapkan oleh Latief kepada saya pada suatu siang, ketika dia tiba di kantor dan melihat saya sedang menikmati makan siang sembari membuka laptop dan membaca-baca artikel di meja kerja.
Bagi orang lain, mungkin kata-kata itu terdengar kasar, malah cenderung menghina. Bagaimana tidak?
Kata "bodat" berasal dari bahasa Batak, yang artinya monyet. Biasanya kata itu dipakai untuk mengumpat atau memaki orang lain yang dibenci.
Tetapi, tidak buat saya. Justru kata tersebut sering disebut karena kedekatan kami selama ini.
Ya, tanpa terasa, saya sudah mengenal Latief lebih dari 10 tahun, sejak kami sama-sama bekerja di Redaksi Kompas.com.
Setahu saya, nama lengkapnya Muhammad Latief. Saya sendiri memanggilnya Latip. Dan ternyata nama dia yang benar adalah Mohamad Latip.
Dia bercerita bahwa sebelumnya pernah menjadi jurnalis majalah Matra, media cetak Ibu Kota yang berisi artikel tentang gaya hidup metropolitan.
Setelah berkantor di Palmerah, Jakarta Pusat, dia ditugaskan ke sejumlah desk atau kanal, sebut saja Properti, Edukasi, dan Content Marketing. Bahkan, bisa dibilang kanal-kanal itu dipelopori oleh Latip karena kepiawaiannya.
Baca juga: Sosok Bang Latip: Mentor Menulis Perjalanan, Dunia Kerja, dan Urusan Hidup
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.