Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pelaku Pertama Bisnis Wisata di Surga Dunia Bernama Maladewa

Kompas.com - 15/12/2019, 15:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Selama tiga dekade terakhir, perusahaan mereka telah berkembang dan memiliki serta mengelola 10 resor, selusin lokasi Duniye Spa dan enam pusat penyelaman di kepulauan tropis.

Seiring bertumbuhnya perusahaan itu, pariwisata Maladewa juga semakin berkembang. Bahkan industri ini terus tumbuh sejak pembukaan resor pertamanya pada dekade 1970-an.

Saat ini, negara tersebut memiliki lebih dari 150 resor tersebar di sepanjang wilayahnya. Bahkan saat ini saja, ada 20 resor baru yang siap dibuka.

Selain itu, ledakan pariwisata di Maladewa telah menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, industri tersebut mengangkat ekonomi negara.

Tetapi di sisi lain berkembangnya pariwisata di wilayah ini melahirkan kekhawatiran baru terutama terkait dengan perkembangan ekosistem lautnya.

Maladewa yang merupakan salah satu negara dengan ketinggian terendah di dunia menghadapi permasalahan iklim karena perubahan muka air laut.

Terumbu karang yang menjadi bagian dari perairan dilaporkan telah rusak oleh kenaikan suhu, pengasaman laut, polusi dan eksploitasi berlebihan.

Selain itu, banyaknya pemain besar di bidang perhotelan dan pariwisata juga menyebabkan kekhawatiran lain yakni persaingan yang tidak sehat.

Petre tidak menampik hal tersebut. Dia mengatakan semakin banyak turis yang datang maka dampak lingkungan akan tetap ada.

Untuk itu, dia giat melakukan perubahan terutama dalam penerapan industri yang ramah lingkungan.

Di beberapa resornya, Petre menggunakan panel surya. Kemudian seluruh sabun dan bahan pembrrsih di vila miliknya menggunakan bahan yang biodegradable atau mudah hancur oleh lingkungan.

"Saya pikir Maladewa akan selalu diminati karena orang-orang saat ini kebanyakan tinggal di kota-kota besar. Dan cara terbaik untuk menghilangkan stres adalah di alam seperti ini," kata Petre.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com