Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MRT Jakarta di Mata Asing, Pujian dan Kritikan

Kompas.com - 18/11/2019, 16:10 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Apa yang diungkapkan Mart diamini oleh Direktur Operasional dan Perawatan PT MRT Jakarta Muhammad Effendi.

Saat sesi presentasi pada MRT Fellowship Program di Lebak Bulus, Jakarta, pada Jumat (15/11/2019), effendi mengungkapkan harga lahan dan properti di dekat stasiun MRT melonjak lebih tinggi dengan cepat.

"Oleh karena itulah, perusahaan kemudian membuat kajian studi (feasibility study) untuk membangun properti berbasis transit oriented development (TOD). Proyek perdana akan direalisasikan di Stasiun Duku Atas," ungkap Effendi.

Dari pengembangan TOD di seluruh 13 stasiun Koridor Lebak Bulus-Bunderan HI, potensi pendapatan yang dapat diraup senilai Rp 240 triliun.

Tentu saja ini angka yang sangat besar dan mampu menutupi ongkos operasional per tahun sebesar Rp 500 miliar yang tak mungkin dipenuhi hanya dari penjualan tiket dan naming rights.

Kritikan 

Kendati dipuji berbagai kalangan, kehadiran MRT Jakarta terutama menyangkut operasionalisasi, kelengkapan fasilitas, dan konektivitasnya dengan moda lain mendapat kritikan konstruktif.

Hayashi mengatakan, dari segi fasilitas, MRT Jakarta tidak memiliki tangga otomatis atau eskalator yang memadai dengan jumlah cukup.

Sebaliknya, Hayashi membandingkannya dengan MRT Tokyo dan Osaka yang dilengkapi fasilitas tangga berjalan mencukupi.

Demikian halnya ritel dalam bentuk gerai-gerai kebutuhan harian (take and grab) yang dianggap Hayashi masih sangat minim.

Sementara di Tokyo justru bertebaran di setiap sudut. Hal ini memudahkan pengguna MRT dengan mobilitas tinggi, memenuhi kebutuhannya.

"Cukup small shop dengan platform seperti Lawson akan sangat menghemat waktu kami yang tak sempat sarapan di rumah," imbuh Hayashi.

Adapun dari sisi tarif, menurut Hayashi, MRT Tokyo dan Osaka lebih murah karena tersedia tiket abonemen 6 bulanan, 3 bulannan, dan satu bulanan.

Namun, dari semua hal itu, yang paling membedakan dan sangat menonjol serta penting untuk diperhatikan adalah kecepatan tap in dan tap out

Baca juga: 25 November, MRT Jakarta Terbitkan Kartu Multi Trip

Passing gate MRT Jakarta masih sering hang dan bahkan rusak tak berfungsi. Tentu saja, ini hal yang paling mengesalkan di mata Hayashi yang serba cepat.

Jalur pedestrian yang terintegrasi dengan Stasiun MRT DOK. Humas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Jalur pedestrian yang terintegrasi dengan Stasiun MRT
"Di Jepang, tap in  dan tap out kurang dari 1 detik. Bahkan, kami tak perlu menyentuh mesin pun, panel pintu sudah terbuka. Sekarang pakai mobile phone aja sudah bisa," imbuh Hayashi.

Keluhan serupa juga dikemukakan Vice President PT Lintas Marga Sedaya Firdaus Azis. menurutnya mesin tap untuk tiket yang kadang suka hang sangat menghambat perjalanan para pengguna.

Selain itu, yang perlu ditingkatkan adalah jumlah jaringan MRT Jakarta dan integrasi dengan moda transportasi umum lainnya.

"Khusus untuk stasiun MRT di Fatmawati sepanjang jalan tersebut perlu dibuatkan trotoar yang lebar seperti di Sudirman karena banyak daerah perkantoran di daerah tersebut sehingga memberikan kemudahan mobilitas menuju stasiun MRT Jakarta," tuntas Firdaus.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com