Sejatinya, PT MRT Jakarta mendapat tiga mandat penugasan, yakni mengembangkan infrastruktur berupa stasiun depo dan railway, mengoperasikan dan merawat stasiun depo (railway), dan mengembangkan bisnis properti transit oriented development (TOD) di stasiun dan wilayah sekitarnya.
Untuk pengembangan infrastruktur berupa stasiun depo dan railway, hingga saat ini PT MRT Jakarta telah membangun jalur kereta South-North Fase I Lebak Bulus-Bundaran HI sepanjang 16 kilometer dengan 13 stasiun.
Sementara untuk operasionalnya, terdapat 16 train set, masing-masing train set terdiri dari 6 gerbong dengan kapasitas 1.800 orang.
"Adapun desain stasiunnya dibuat dengan kapasitas 8 gerbong. Ini untuk pengembangan train set selanjutnya untuk merealisasikan rencana 173.000 penumpang per hari pada 2023 nanti," jelas Effendi.
Baca juga: 90.000 Penumpang Naik MRT Jakarta Per Hari Pasca 4 Bulan Beroperasi
Dari jumlah total train set, sebanyak 14 train set dioperasikan, dan 2 train set sebagai pendukung (back up) bila terjadi kerusakan.
Dengan MRT Jakarta, jarak tempuh Lebak Bulus-Bundaran HI hanya 30 menit dengan kecepatan maksimum 100 kilometer per jam di lintasan layang (elevated), dan 80 kilometer per jam di jalur bawah tanah (undergroung).
Konstruksi fisik ditargetkan rampung pada 2024 atau paling lambat 2025 untuk seluruh Fase II baik A dari Bundaran HI ke Kota, maupun B dari Kota ke Ancol Barat.
Total lintasan akan menjadi sepanjang 25 kilometer dengan 21 stasiun dan depo.
Infrastruktur konektivitas ini tak hanya menghubungkan selatan dan utara, PT MRT Jakarta juga tengah mempersiapkan Koridor East-West dari Cikarang menuju Balaraja sepanjang 87 kilometer dengan total 41 stasiun.
Koridor East-West ini melintasi tiga propinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Jika kelak seluruhnya beroperasi, Jakarta, Bekasi, dan Tangerang akan terkoneksi secara sempurna pada 2030 mendatang.
Namun, karena tantangan merealisasikan pembangunan Koridor East-West lebih tinggi, untuk saat ini PT MRT Jakarta akan fokus pada Koridor Ujung menteng-Kembangan, yang masih berada di wilayah DKI Jakarta.
Koridor ini dirancang sepanjang 27 kilometer dengan 22 stasiun plus 2 depo dengan konstruksi lintasan kombinasi antara layang (elevated), dan bawah tanah (underground).
Sementara itu, untuk pengembangan bisnis properti berbasis transit oriented development (TOD), perusahaan memproyeksikan potensi pendapatan dengan nilai total sekitar Rp 240 triliun.