Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi "World Class Operator" Setara Jepang, Ini Strategi MRT Jakarta

Kompas.com - 18/11/2019, 11:22 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tujuh bulan sejak Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta resmi beroperasi pada Maret 2019, PT MRT Jakarta menargetkan dapat menjadi perusahaan skala dunia, world class operator pada 2023 mendatang.

Tak main-main, benchmark yang dijadikan acuan adalah perusahaan serupa yang mengelola metro train di Jepang, Hong Kong, dan Singapura.

Direktur Operasional dan Perawatan PT MRT Jakarta Muhammad Effendi mengungkapkan hal itu saat kelas MRT Fellowship Pogram, di Jakarta, Jumat (15/11/2019).

"Kami ingin menjadi world class operator tahun 2023 nanti. Setara Jepang, Hong Kong dan Singapura," kata Effendi.

Bukan tanpa alasan target PT MRT Jakarta demikian ambisius. Menurut Effendi, perusahaan daerah ini sudah memiliki kemampuan, baik dalam membangun, maupun mengelola metro train

Baca juga: 25 November, MRT Jakarta Terbitkan Kartu Multi Trip

Terutama untuk komponen utama seperti kereta (train set) yang memang produksi Jepang, jalur (track) kereta, dan fasilitas penunjang seperti stasiun, persinyalan, dan seluruh komponen lainnya yang dibangun memenuhi standar internasional.

Direktur utama PT Transjakarta Agung Wicaksono (kanan) dan Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Muhammad Effendi (tengah) di Halte Transjakarta Harmoni, Jumat (28/12/2018).KOMPAS.com/ RINDI NURIS VELAROSDELA Direktur utama PT Transjakarta Agung Wicaksono (kanan) dan Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Muhammad Effendi (tengah) di Halte Transjakarta Harmoni, Jumat (28/12/2018).
Lebih lagi karyawan dan staf yang berkualifikasi. Sebagian besar atau 80 persen di antaranya merupakan generasi milenial dengan tingkat inteligensi tinggi, dan adaptasi demikian cepat, serta mau belajar.

"Tentang karyawan, ini seleksinya ketat. Mereka yang terpilih pintar-pintar dan dari berbagai latar belakang berbeda. Tinggal menyesuaikan dengan culture PT MRT Jakarta saja," imbuh Effendi.

Tak kalah penting adalah prestasi ketepatan waktu kereta datang yang telah dicapai yakni 99,86 persen, ketepatan waktu perjalanan mencapai 99,1 persen, dan waktu tunggu 99,87 persen.

Karena itu Effendi optimistis PT MRT Jakarta bisa menjadi operator kelas dunia. Apalagi jika institusi internasional diajak bekerja sama, tentu target ini bakal terealisasi lebih cepat.

Untuk dapat mewujudkan target besar menajdi world class operator tersebut, PT MRT Jakarta telah menyiapkan berbagai strategi.

Pertama dalam masa pra operation, kedua during operation, dan ketiga further operation, yang mencakup sistem dan sumber daya manusia (SDM).

Baca juga: Tak Hanya Kantor, Apartemen di Sepanjang Rute MRT Lebih Dicari

Perusahaan, lanjut Effendi, memberangkatkan para pengemudi atau masinis kereta untuk mengikuti pelatihan (training driver) mengenai operation control center (OCC) di Malaysia, persiapan membentuk standard operational procedure (SOP) berikut SDM-nya dengan konsultan Jepang, serta special training dan maintenance juga di Jepang.

Selain itu, para eksekutif managerial juga mendapat pelatihan khusus di Hong Kong, para insinyur konstruksi belajar ke Singapura, rolling stock maintenance team dikirim belajar ke Jepang, dan tim riset ke Monash University di Australia.

"Kami mengirimkan man power sesuai kompetensi ke negara-negara yang memang punya keunggulan dan terbaik di bidangnya masing-masing. Cara ngebor dan bikin stasiun ya Singapura jagonya, masinis ya Malaysia, kalau riset pastinya Asutralia," jelas Effendi.

Perpanjang lintasan

Sejatinya, PT MRT Jakarta mendapat tiga mandat penugasan, yakni mengembangkan infrastruktur berupa stasiun depo dan railway, mengoperasikan dan merawat stasiun depo (railway), dan mengembangkan bisnis properti transit oriented development (TOD) di stasiun dan wilayah sekitarnya.

Ibu-ibu muda menggunakan MRT JakartaArdian J Fatkoer Ibu-ibu muda menggunakan MRT Jakarta
Untuk pengembangan infrastruktur berupa stasiun depo dan railway, hingga saat ini PT MRT Jakarta telah membangun jalur kereta South-North Fase I Lebak Bulus-Bundaran HI sepanjang 16 kilometer dengan 13 stasiun.

Sementara untuk operasionalnya, terdapat 16 train set, masing-masing train set terdiri dari 6 gerbong dengan kapasitas 1.800 orang. 

"Adapun desain stasiunnya  dibuat dengan kapasitas 8 gerbong. Ini untuk pengembangan train set selanjutnya untuk merealisasikan rencana 173.000 penumpang per hari pada 2023 nanti," jelas Effendi.

Baca juga: 90.000 Penumpang Naik MRT Jakarta Per Hari Pasca 4 Bulan Beroperasi

Dari jumlah total train set, sebanyak 14 train set dioperasikan, dan 2 train set  sebagai pendukung (back up) bila terjadi kerusakan.

Dengan MRT Jakarta, jarak tempuh Lebak Bulus-Bundaran HI hanya 30 menit dengan kecepatan maksimum 100 kilometer per jam di lintasan layang (elevated), dan 80 kilometer per jam di jalur bawah tanah (undergroung).

 

Suasana Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (25/3/2019). MRT Jakarta resmi beroperasi setelah diresmikan Presiden Joko Widodo pada Minggu (24/3/2019). Layanan pada fase operasi tidak berbayar dari Stasiun Lebak Bulus hingga ke Stasiun Bundaran HI akan dimulai pada pukul 05.30 WIB hingga 22.30 WIB.KOMPAS.com /KRISTIANTO PURNOMO Suasana Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (25/3/2019). MRT Jakarta resmi beroperasi setelah diresmikan Presiden Joko Widodo pada Minggu (24/3/2019). Layanan pada fase operasi tidak berbayar dari Stasiun Lebak Bulus hingga ke Stasiun Bundaran HI akan dimulai pada pukul 05.30 WIB hingga 22.30 WIB.
Koridor South-North ini akan diperpanjang hingga Ancol Barat yang masuk dalam pengembangan Fase II. Saat ini, progresnya sudah memasuki masa tender yang dijadwalkan selesai pada 2020.

Konstruksi fisik ditargetkan rampung pada 2024 atau paling lambat 2025 untuk seluruh Fase II baik A dari Bundaran HI ke Kota, maupun B dari Kota ke Ancol Barat.

Total lintasan akan menjadi sepanjang 25 kilometer dengan 21 stasiun dan depo.

Infrastruktur konektivitas ini tak hanya menghubungkan selatan dan utara, PT MRT Jakarta juga tengah mempersiapkan Koridor East-West dari Cikarang menuju Balaraja sepanjang 87 kilometer dengan total 41 stasiun.

Koridor East-West ini melintasi tiga propinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Jika kelak seluruhnya beroperasi, Jakarta, Bekasi, dan Tangerang akan terkoneksi secara sempurna pada 2030 mendatang.

Namun, karena tantangan merealisasikan pembangunan Koridor East-West lebih tinggi, untuk saat ini PT MRT Jakarta akan fokus pada Koridor Ujung menteng-Kembangan, yang masih berada di wilayah DKI Jakarta.

Koridor ini dirancang sepanjang 27 kilometer dengan 22 stasiun plus 2 depo dengan konstruksi lintasan kombinasi antara layang (elevated), dan bawah tanah (underground).

Sementara itu, untuk pengembangan bisnis properti berbasis transit oriented development (TOD), perusahaan memproyeksikan potensi pendapatan dengan nilai total sekitar Rp 240 triliun.

Stasiun Lebak Bulus menjadi stasiun akhir dari rute MRT fase 1 lintas Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia (HI) KOMPAS.com/ANISSA DEA WIDIARINI Stasiun Lebak Bulus menjadi stasiun akhir dari rute MRT fase 1 lintas Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia (HI)
Pendapatan ini diperoleh dari konversi bisnis properti di area-area komersial 13 stasiun Koridor South-North yang akan menjadi profit center bagi PT MRT Jakarta. 

Meliputi sewa ruang ritel, iklan luar ruang (below the line), dan pengembangan 34.047 hunian vertikal (apartemen) layak huni dengan harga terjangkau.

Total luas public activities area yang dimiliki PT MRT Jakarta adalah 21 hektar yang akan dilengkapi dengan 149,1 kilometer pedestrian path, 73,9 hektar ruang parkir terbuka, dan 56.854 meter persegi active riverbank area.

"Pengembangan TOD ini membantu pemerintah DKI Jakarta dalam menyediakan lapangan kerja dengan potensi 639.380 orang terserap. Selain itu juga membantu menyediakan rumah layak huni," kata Effendi.

Proyek TOD perdana yang akan direalisasikan berada di Stasiun Duku Atas. Saat ini desainnya sedang dikerjakan dan tahun depan detail engineering design (DED) sudah bisa diterbitkan.

Dengan mulai dikembangkannya bisnis properti berbasis TOD ini, PT MRT Jakarta mengharapkan ongkos operasional Rp 500 miliar per tahun dapat tertutupi.

Agent of change

Oleh karena itu, Effendi melanjutkan, ketiga mandat ini harus dapat dijalankan dengan baik, karena filosofi keberadaan PT MRT Jakarta adalah harus dapat membawa manfaat untuk masyarakat, dan juga meningkatkan perekonomian serta bisnis di Jakarta.

Lebih dari itu, PT MRT Jakarta harus menjadi agen perubahan (agent of change) yang dapat mengubah perilaku masyarakat dalam berkendara menjadi beralih ke transportasi publik, meningkatkan mobilitas, dan terpenting adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

"Kami tidak ingin hanya dikatakan sebagai operator, tetapi juga agen perubahan. kami mengubah perilaku, dan kebiasaan orang untuk naik kendaraan umum, menerapkan budaya antre, respect to disable and needy, menjaga kebersihan, dan lain-lain. Karena MRT ini untuk semua," papar Effendi.

Tak hanya itu, tolak ukur keberhasilan PT MRT Jakarta menjadi agen perubahan juga adalah keberhasilannya meningkatkan jumlah pengguna MRT Jakarta.

Jika tahun pertama operasional mereka dapat menarik 90.000 penumpang per hari dari target 65.000 orang per hari, maka tahun depan hingga 2023 nanti, jumlah penumpang ditargetkan hingga 173.000 orang per hari. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com