Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Manakah Calon Ibu Kota Baru?

Kompas.com - 16/08/2019, 09:30 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Pertama, apabila memindahkan semua ASN eksekutif, legislatif, yudikatif sekitar 1,5 juta orang dibutuhkan lahan 40.000 hektar.

Kedua, apabila memindahkan sebagian ASN melalui skema right-sizing jumlah ASN sekitar 870.000 orang, diperkirakan butuhkan 30.000 hektar.

Dari dua skenario di atas, skenario pertama dibutuhkan Rp 466 triliun, sementara skenario kedua memerlukan Rp 323 triliun.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengungkapkan, pembangunan ibu kota baru akan mengusung konsep city in the forest. Artinya, konsep kelestarian lingkungan akan dikedepankan. 

Baca juga: Pemerintah Siapkan Kajian Jalan Tol Ibu Kota Baru

"Ini tentu akan menjadi perhatian dunia karena kita akan bangun ibu kota negara di Kalimantan, tetapi kita pastikan akan membangun smart and forest city. Kita tidak akan merusak heart of Borneo," kata Basuki dalam keterangan resmi, Jumat (2/8/2019).

Terkait hal ini, Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas Rudy S Prawiradinata dan Ketua Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Bernardus Djonoputro sepakat bahwa Indonesia dapat berkiblat ke London, Inggris, dalam menghadirkan konsep city in the forest.

"Saat ini, baru satu kota di dunia yang mengklaim sebagai forest city, yaitu London. London awalnya bukan kota hijau, tetapi kemudian didesain dan dikembangkan menjadi forest city," kata Rudy seperti dikutip dari laman Bappenas.go.id.

Baca juga: Naskah Lengkap Pidato Kenegaraan 2019 Presiden Jokowi

Bernardus mengungkapkan, ketika mendesain ibu kota negara sebagai city in the forest, cara pandang pemerintah harus keluar dari realitas yang ada, yaitu tidak bisa hanya sebatas business as usual.

Dalam hal ini, status ibu kota negara tak hanya cuma menjadi city in the forest, tetapi justru menjadi "hutan" itu sendiri.

Langkah itulah yang kemudian dilakukan pemerintah London, yakni menjadikan kota tersebut sebagai tanam nasional melalui sebuah gerakan bertajuk London National Park City.

"Gerakan dari akar rumput yang dimulai oleh masyarakat dan NGO untuk mempromosikan gaya hidup melestarikan alam ini diluncurkan pada 21 Juli. Sangat berhasil dalam gerakan masyarakatnya, sampai pemerintah London pun kini mengikuti dan mengadopsi ide tersebut," ungkap Bernie kepada Kompas.com, Kamis (8/8/2019).

"London National Park City membuat London sebagai taman nasional. Bukan lagi sekadar membuat taman-taman di kota," kata dia.

Dengan mengubah cara pandang tersebut, pemerintah dapat menyusun key performance indicator (KPI) di luar dari kebiasaan.

Baca juga: Naskah Lengkap Pidato Tahunan 2019 Presiden Jokowi

Sebab, city in the forest nanti bukan hanya konsep pengembangan kawasan, tetapi juga akan menjadi mindset masyarakat yang akan tinggal di dalamnya.

"Bukan untuk mengurangi dampak saja, tapi justru untuk berkontribusi pada perbaikan dan pelestarian hutan paru-paru dunia. Dibalik jadinya," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau