Hal ini kemudian yang menyebabkan pengelola dan atau pengembang kesulitan untuk menyatukan pendapat seluruh pemilik kios.
"Jadi enggak bisa diatur seperti mal sewa. Kalau mal sewa kan, saya mau ubah seperti ini misalnya penyewa mau enggak mau harus mengikuti. Kalau trade center, semau pemilik kios," kata Stefanus kepada Kompas.com, Rabu (3/7/2019).
3. Kurang inovasi
Bisnis ritel memerlukan inovasi. Lesunya penjualan, menurut Stefanus, karena pengelola dan pedagang juga sulit untuk mengambil keputusan bersama.
Baca juga: Bukan Belanja Online, Peritel Beken Tutup Lapak karena Alasan Ini...
Oleh karena itu, ia berpendapat, untuk menaikkan kembali pamor trade center, para pemilik kios maupun penelola harus menyatukan visi.
4. Tidak mau berubah
Pada era digital seperti ini, peritel juga harus mengikuti perkembangan zaman. Stefanus mengatakan, salah satu caranya adalah dengan menerapkan omnichannel.
Penerapan ini membuat pelanggan dapat menggunakan lebih dari satu channel penjualan seperti toko fisik, e-commerce, serta jual-beli via mobile.
Tak hanya itu, pengelola dan pemilik kios juga perlu mengikuti selera pasar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.